Kelenteng |
Wei
De Dong Tian (Hanya kebajikan Tuhan berkenan)
Agama Konghucu
Kitab suci : Su Si, Ngo King.
Pembawa : Kongchu
Nama tempat peribadatan : Kelenteng.
Hari besar keagamaan : Imlek, Cap go meh.
Berkembang semenjak abad ke 23 SM.
A. Ajaran Agama Konghucu
Ajaran Konfusianisme atau Kong
Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa
Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒教) yang berarti agama dari orang-orang
yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah
pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada
jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah
pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Agama
Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau
disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang
Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah
"Tian" atau "Shang Di".
Konfusianisme
mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit
dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat
nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan
susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.
Konfusius
tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang
patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak
patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia
perlu berusaha memperbaiki moral.
Ajaran
ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke
seluruh Tiongkok dengan
beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorangdewa dan falsafahnya
menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa.
Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi
sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong
Hu Cu.
Setiap
agama mempunyai praktek peribadatannya sendiri sendiri, Sebagaimana yang
terdapat dalam agama lain, agama konghucu juga memiliki hari hari raya yang
mereka peringati sepanjang tahun dan tradisi ini sudah ada sebelum konghucu
lahir, di Indonesia hari hari konghucu ini tidak dikenal secara luas oleh
masyarakat konghucu Indonesia, karena hari raya tersebut tidak dianggap sebagai
hari libur Nasional oleh pemerintah Indonesia.
Sebelum
nabi kongzi mengajarkan prosesi peribadatan ini, sudah terlebih dahulu
masyarakat cina kuno melaksanakannnya, hanya saja makna yang dikandung dari
prosesi peribadatan tersebut masih cenderung kurang jelas, hanya sekedar ritual
tanpa ada makan dan tujuan dibalik ritual tersebut, akan tetapi setelah nabi
kongzi datang, dia meluruskan semua ritual peribadatan tersebut dan mengajarkan
makna dibalik prosesi ritual peribadatan tersebut dan dilaksanakan oleh umat
penerusnya sampai sekarang.
Agama
konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya bagaiman
seseorng berbakti kepada Tian (Tuhan yang maha esa) orang tua, orng
yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga mengajarkan tata cara melakukan ibadah
kepada Tian, Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.
Dalam
ritual peribadatan agama konghucu ini penulis akan mengawali dari arti dan
tujuan melaksanakan ritual menurut umat konghucu di klenteng boen bio, kemudian
gerakan yang dilakukan dalam prosesi pelaksanaan peribadatan, dan perangkat
yang dipergunakan dalam ritual tersebut.
B. Asal mula Klenteng
Klenteng
ini dibangun pertama kali pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen dan dinamakan Kwan Im Teng.
Kelenteng ini dipersembahkan kepada Dewi Koan-Im (Dewi Welas Asih). Dari kata Kwan Im Teng inilah orang Indonesia akhirnya lebih
mengenal kata Klenteng daripada Vihara, yang
kemudian melafalkannya sebagai Klenteng hingga saat ini. Klenteng juga disebut
sebagai bio yang merupakan dialek Hokkian dari karakter 廟
(miao) . Ini adalah sebutan umum bagi klenteng diCina.dialek Hakka (pak kung miao,sin miao).
Pada
mulanya 廟 "Miao" adalah
tempat penghormatan pada leluhur 祠
"Ci" (rumah abuh). Pada awalnya masing-masing marga membuat
"Ci" untuk menghormati para leluhur mereka sebagai rumah abuh. Para
dewa-dewi yang dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada
awalnya dihormati oleh marga/family/klan mereka. Dari perjalanan waktu maka
timbullah penghormatan pada para Dewa/Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan
khusus untuk para Dewa/Dewi yang sekarang ini kita kenal sebagai Miao yang
dapat dihormati oleh berbagai macam marga, suku. Saat ini masih di dalam
"Miao" masih juga bisa ditemukan (bagian samping atau belakang) di
khususkan untuk abuh leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak
keluarga/marga/klan masing-masing. Ada pula di dalam "Miao"
disediakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran/agama leluhur seperti
ajaran-ajaran Konghucu,
Lao Tze dan bahkan ada pula yang mempelajari ajaran Buddha.
Miao
- atau Kelenteng (dalam bahasa Jawa) dapat membuktikan selain sebagai tempat
penghormatan para leluhur, para Suci (Dewa/Dewi), dan tempat mempelajari
berbagai ajaran-juga adalah tempat yang damai untuk semua golongan tidak
memandang dari suku dan agama apa orang itu berasal. Saat ini Miao (Kelenteng)
bukan lagi milik dari marga, suku, agama, organisasi tertentu tapi adalah
tempat umum yang dipakai bersama.
Klenteng
dapat dikatakn bukan milik Khong Hu Cu namun milik orang keturunan China. Jadi
ajaran yang diajarkan di Klenteng dapat saja Ajaran Buddha, TAO, atau pun KHong
Hu Cu. Akhir-akhir ini kekeliruan terjadi karena Klenteng di klaim milik ajaran
agama tertentu.
Jenis-jenis
kebaktian :
C. Melakukan Ibadah Kepada Thian
1) Sembahyang
mengucapkan syukur tiap pagi, sore, saat menerima rezeki (makanan). Umat
Khonghucu pada pagi hari, sore, dan saat menerima rezeki (makan) melakukan
sembahyang kepada Thian. Sembahyang ini mereka lakukan di depan meja sembahyang
(altar) yang terdapat di rumahnya. Umumnya meja sembahyang ini di simapan di
ruang tamu sehingga bila berkunjung ke rumah umat Khonghucu, kita akan dapat
melihat bentuk meja sembahyang yang sebenarnya.
2) Sembahyang
atau Thian Hio tiap tanggal 1 dan 15 penanggalan bulan/lunar (Imlek). Pada
tanggal-tanggal tersebut setiap bulannya, umat Khonghucu juga juga melakukan
sembahyang di depan altar keluarga di rumah dan bisa juga dilakukan di tempat
ibadah umum (Litang). Orang yang memelihara abu membakar dupa dihadapan abu
atau papan arwah leluhurnya, dan juga di hadapan patung dewa yang dipuja dalam
rumahnya. Upacara ini mereka lakukan pada pagi hari dan petang.
3) Sembahyang
besar pada hari-hari kemuliaan Thian, yaitu:
-
Sembahyang malam
penutupan tahun/malam menjelang Gwan Tan
-
Sembahyang King
Thi Kong, tanggal 8 menjelang tanggal 9 Cia Gwee(bulan pertama).
-
Sembahyang
saat Siang Gwan atau Cap Go Meh, 15 Cia Gwee (bulan
pertama).
-
Sembahyang
hari Tangcik (hari di mana letak matahari tepat di atas garis balik
23,5 Lintang Selatan, yakni tepat tanggal 22 Desember), yang dilakukan pada
tanggal 22 Desember.
- Kebaktian
pada Nabi
1) Peringatan
hari lahir nabi (Khonghucu), tanggal 27-8 Imlek/Ci Sing Tan.
2) Peringatan
hari wafat nabi, tanggal 18-2/Ci Sing Ki Sien.
3) Peringatan
hari genta rohani/Bok Tok (genta yang dibuat dari logam dan dipukul dengan
pemukul yang terbuat dari kayu), setiap tanggal 22 Desember.
- Kebaktian
untuk Para Suci
1) Hari Twan
Yang, tanggal 5-5 Imlek. Twan artinya lurus, terkemuka, terang,
dan Yang artinya sifat positif atau matahari. Twan Yang artinya pada
saat matahari memancarkan cahaya paling keras.
2) Sembahyang Tiong
Chiu, tanggal 15-8 Imlek. Tanggal 15 bulan 8 Imlek adalah saat bulan purnama
dipertengahan musim rntok (musim gugur/autumn) di belahan bumi utara. Pada saat
itu cuaca baik dan bulan nampak sangat cemerlang. Pada saat itu juga para
petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim panen. Pada saat bulan
purnama itu dilakukan sembahyang Hok Tik Cing Sien (malaikat bumi) untuk
mengungkapkan pernyataan syukur.
3) Hari He
Gwan, tanggal 15-10 Imlek. He Gwan diartikan sebagai pernyataan
terakhir dalam satu tahun akan maha kasih Tuhan. Pada saat He Gwan ini
dilakukan sembahyang besar bagi malaikat Bumi (ok Tik Cing Sien) yang merupakan
lambing semesta alam ciptaan Tuhan.
- Sembahyang
Bagi Leluhur
1) Sembayang
tiap tanggal 1 dan 15 penaggalan bulan.
2) Hari
wafat leluhur atau orangtua (Co Ki).
3) Sembahyang
tutup tahun (Tik Sik) tanggal 29-12 Imlek.
4) Sembahyang
Sadranan/Ziarah/Ching Bing, tanggal 5 April. Sembahyang ini juga sering disebut
sembahyang kubur.
5) Sembahyang
pada arwah leluhur, tanggal 15-7 Imlek.
- Kebaktian
Masyarakat
1) King
Ho Ping atau sembahyang arwah umum, tanggal 29-7 Imlek.
2) Hari
persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24-12 Imlek pada
hari-hari tersebut umat Khonghucu diwajibkan berdana (membantu fakir miskin).
Menjelang tahun baru Imlek, bantuan-bantuan yang berasal dari umat Khonghucu dibagikan
pada fakir miskin tanpa membedakan golongan.
3) Seluruh
perbuatan lahir batin manusia sepanjang hidup hendaknya disadari sebagai
perbuatan kebaktian atau ibadah. Hal ini disebut “hidup sepenuh hidup”.
D. Makna dari symbol dan Benda yang digunakan dalam
prosesi peribadatan.
Setiap
pelaksanaan peribadatan diperlukan symbol symbol sebagai kelengkapan
peribadatan, tidak hanya sekedar symbol saja akan tetapi dibalik symbol
tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan kesakralan
tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan agama konghucu juga
menggunaka beberapa benda dan symbol yang didalamnya mengandung makna dan arti.
- Hio
atau Dupa, Hio artinya harum, yaitu bahan pembakar yang dapat
mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum, dupa yang dikenal pada
zaman nabi Kongzu berwujud bubuk atau belahan kayu, membakar dupa dalam
peribadatan umat konghucu mengandung makna “jalam suci itu berasal dari
kesatuan hatiku dan hatiku dibawa melalui keharuman dupa”, selain itu juga
beguna untuk:
- Menenangkan
pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi
- Mengusir
hawa atau hal hal yang bersifat jahat
- Mengukur
waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam atau lonceng.
Selain
itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta
penggunannya dupa itu sendiri:
- Dupa yang
bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah keluarga
sendiri.
- Dupa yang
bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya.
- Dupa yang
tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk, berguna untuk
menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.
- Dupa yang
berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya untuk bau-bauan saja.
- Tiang Siu
Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar kedua ujungnya, digunakan
khusus untuk bersembahyang kepada tuhan.
Ada
juga pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa:
- Dupa
warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati jenazah keluarga sendiri
atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa
berkabung, boleh saja digunakan hanya satu batang.
Dupa
warna merah:
- 1 batang,
dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna memusatkan fikiran
untuk sungguh sungguh bersujud.
- 2 atau 4
batang untuk menghormati kepada arwah orang tua yang meninggalnya telah
melampaui 2 x 360 hari, atau kehadapan altar jenazah bukan keluarga
sendiri dan mengandung makna ada hubungan duniawi atau urusan keduniaan.
- 5 batang,
untuk menghormati arwah umum, mengandung makna melaksanakan lima
kebajikan.
- 8 batang,
mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau 4
batang.
- 9 batang,
untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci.
- 1 pak,
boleh sebagai pengganti 9 atau 1 batang
- Lilin
atau Lampu, mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak, sedangkan asap
dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya do’a
keperaduan Tuhan yang maha esa,
- Youlou,
tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi
kuningan dan berbentuk seperti hati.
E. Jadwal pelaksanaan peribadatan
Ada
beberapa waktu peribadatan yang harus dilaksanakan oleh umat kanghucu selain
ibadah setiap hari:
- Peribadatan
setiap hari, pagi dan sore, peribadatan ini bias dilaksanakan dirumah
ataupun ditempat peribadatan agama konghucu atau klenteng.
- Peribadatan
setiap tanggal 1 imlek dan 15 imlek yang dilaksanakan di klenteng,
peribadatan pada tanggal 1 imlek di pergunakan untuk intropeksi diri
manusia, sedangkan pada tanggal 15 imlek digunakan untuk memohon
permintaan kepada tuhan dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
selama hidup.
- Peribadatan
setiap minggu atau kebaktian mingguan, yakni do’a secara berjama’ah dan
membaca ayat dari kitab sushi sebagai renungan dan kemudian di akhiri
dengan khotbah keimanan, dilaksanakan setiap hari minggu jam 09.00- 11.00
wib, di klenteng Boen Bio jl. Kapasan 131 Surabaya.
Lebih
lengkapnya lagi dalam buku tata Agama dan tata laksana upacara agama konghucu
disebutkan ada beberapa macam peribadatan:
- Ibadah
kepada Tuhan yang maha esa/ Thian
- Sembahyang
pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima rezeki makan.
- Sembahyang
tiap tanggal 1 dan 15 imlek
- Sembahyang
besar pada hari hari kemuliaan, yakni: malam penutupan tahun, king thi
kong tanggal 8 menjelang 9 cia gwee, saat cap go meh, tang cik saat
tanggal 22 desember.
- Kebaktian
bagi nabi
- Peringatan
hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII lemlik
- Peringatan
hari wafat nabi konghucu pada tanggal 18-II lemlik
- Peringatan
hari genta Rohani pada tanggal 22 desember.
- Kebaktian
bagi para suci
- Hari twan
yang jatuh pada tanggal 5-V lemlik
- Sembayang
tiong chu pada tanggal 15-VIII lemlik
- Hari he
gwan pada tanggal 15-X lemlik.
- Sembahyang
bagi para leluhur
- Sembahyang
pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bula.
- Hari
wafatnya leluhur atau orang tua.
- Sembahyang
tutup tahun.
- Sembahyang
sadranan/ziarah
- Sembahyang
arwah leluhur.
- Kebaktian
masyarakat
- Sembahyang
arwah untuk umum, pada tanggal 29-VII lemlik.
- Hari
persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24- XII lemlik
(pada hari hari itu diwajibkan berdana bagi fakir dan miskin).
- Seluruh
perbuatan lahir batin kita sepanjang hidup hendaknyadisadari sebagai
perbuatan kebaktian/ ibadah disebut dengan isitila hidup sepenuh hidup.
F. Prosesi Peribadatan Umat Konghucu
Ada
dua tempat peribadatan yang biasnya digunakan oleh umat konghucu
yangpertama adalah dirumah, sedangkan yang kedua adalah
diklenteng, tidak ada perbedaan yang mendasar antara proses pelaksanaan
peribadatan dirumah dan diklenteng, keduanya sama yakni beribadah pada arwah
leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi konghucu.
Secara
umum tempat ibadah Konghucu adalah Litang, Miao (Bio), Kongzi Miao, Khongcu Bio
dan Kelenteng. Litang, selain merupakan tempat sembahyang, juga merupakan
tempat kebaktian berkala (biasanya setiap hari Minggu atau tanggal 1 dan 15
penanggalan Imlek). Di sini umat mendapat siraman rohani (khotbah) dari para
rohaniwan. Miao dan Kelenteng biasanya hanya merupakan tempat sembahyang. Kalau
pun ada kebaktian, biasanya ditempatkan di ruangan yang terpisah agar tak
terganggu aktivitas sembahyang. Di samping menjadi tempat ibadah agama
Konghucu, Kelenteng biasanya juga menjadi tempat ibadah agama Tao dan agama
Buddha Mahayana.
Rohaniwan
agama Konghucu terdiri atas : Xueshi, Wenshi, Jiaosheng, Zhanglao dan
Ketua-Ketua / Pimpinan-Pimpinan Majelis dan atau Tempat Ibadah. Sebelum menjadi
Xueshi (biasa disingkat Xs), harus melalui jenjang Wenshi (Ws). Sebelum menjadi
Wenshi, harus melalui jenjang Jiaosheng (Js). Tokoh yang sudah mencapai
tingkatan sesepuh atau sangat senior di sebut Zhanglao (Zl).
Setiap
rohaniwan, sesepuh dan para pimpinan tempat ibadah yang memegang mandat dan
Surat Pengangkatan dari Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia
(MATAKIN) dan atau menerima Surat Liyuan Rohaniwan (persidian, peneguhan iman)
dari Dewan Rohaniwan MATAKIN, memiliki kewenangan :
- Menyelenggarakan
kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya.
- Melakukan
Liyuan umat.
- Memimpin
berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai Hukum Agama Konghucu,
termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang diatur dalam Tata Agama
Konghucu.
Perlu
diketahui juga ada perbedaan antara prosesi peribadatan di klenteng Boen Bio
dengan klenteng lain, kalau di klenteng lain ketika kita akan masuk klenteng
maka terlebih dahulu kita sembahyang untuk Tuhan di altar luar baru kemudian
kita masuk dan beribadah untuk para nabi dan arwah leluhur yang suci di altar
dalam, sedangkan di kelnteng Boen Bio, kita langsung melaksanakan prosesi
peribadatan di altar dalam tanpa ada altar luar, adapun prosesi peribadatan
umat konghucu adalah sebagai berikut:
- Terlebih
dahulu menyalakan lilin di tempat berdo’a atau altar,
- Membakar Hio atau
Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang melambangkan Tuhan, Manusia
dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3 kali, dengan berkata sebagai
berikut, pada angkatan Hio yang pertama maka yang diuacapkan
adalah kehadiran Tuhan yang maha esa ditempat yang maha
tinggi,dimuliakanlah. Pada angkata Hio yangkedua yang harus diucapkan
adalah kehadapan nabi Konghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami, di
muliakanlah. Sedanngkan pada angkata ketiga yang diucapkan
adalah kehadapan para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah.
- Setelah
pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio
di Youlu atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan
dan berbentuk hati, Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua
diletakkan di sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri.
- Berdo’a
dengan sikap Pat Tik, ada dua sikap pat tik, Pertama sikap
pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara tangan kanan
dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan ini gunakan juga
pada waktu bersembahyang, keduasikap delapan kebajikan mendekap hati
dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap punggung
tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekappan di dada,
sikap ini hanya digunakan pada waktu berdo’a.
Tangan
bersikap pat tik dan didekappan di dada mempunyai makna “Aku selalu ingat bahwa
dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan menjadikan daku manusia, maka
manusia wajib melakukan delapan kebajikan”.
Delapan
jalan kebajikan tersebut adalah :
Ø Berbakti
atau Hau, berbakti disini mempunyai makna yang sangat universal, mulai
dari berbakti kepada tuhan yang maha esa, berbakti kepada oran tua dan sampai
berbakti pada Negara nusa dan Bangsa, pada asal artinya berbakti di khususkan
pada orangtua saja, di contohkan oleh Liem ketika kami melaksanakan wawancara
“ketika seorang melaksanakan proses pembelajaran (Kuliyah-semisal-) dan sampai
di Drop Out oleh akademik maka dia telah tidak berbakti pada orang tua karena
sesungguhnya orang tua selalu menginginkan anaknya untuk lulus kuliyah”
Ø Rendah
Hati atau Tee, yakni tidak sombong dan tidak Gumede roso, selalu berbuat
rendah hati dengan sesama mahluk.
Ø Setia
atau Tiong .
Ø Dapat
dipercaya atau Sien yakni dengan selalu menepati janji dan
melaksanakan apa yang telah dikatakan.
Ø Susila
atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum.
Ø Kebenaran
atau Gi.
Ø Suci
hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati.
Ø Tahu
malu atau Thi, menjadi manusia harus punya rasa tahu malu, karena dengan
rasa inilah kita secara tidak langsung juga akan dihormati oleh orang lain,
salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan Hewan adalah hewan tidak
pernah punya rasa malu sedangkan manusia mempunyai rasa malu, ketika manusia
tidak punya rasa malu berarti dia tidak ada bedanya dengan hewan.
Selain
delapan jalan kebajikan dalam pat tik diatas, ada beberapa makna yang
terkandung dalam Pat Tik :
-
Ibu jari kiri
yang melambangkan ayah
-
Ibu jari kanan
yang melambangkan ibu
-
Kedua ibu jari
jika dipertemukan dalam posisi pat tik maka akan membentuk huruf jien yang
artinya manusia.
-
Delapan jari
yang lain melambangkan delapan kebajikan seperti yang telah dipaparkan diatas,
-
Kesatuan
genggaman melambangkan Tian, Tuhan yang maha esa.
-
Dekapan dalam
dada melambangkan bahwa kita selalu ingat pada-Nya.
Lain
dari pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik
dalam hal jumlah:
-
Kepada sesama
orang hidup maka hanya satu kali angkatan saja atau pai
-
Kepada jenazah
atau orang meninggal dengan dua kali angkatan atau Tinglee.
-
Kepada Altar
Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak tiga kali angkatan atau Tinglee.
Kitab
Suci Agama Khonghucu atau Ji Kau, pada mulanya merupakan kumpulan kitab yang
terdiri dari 13 kitab, sehingga disebut SIP SHA KING / Shi San Jing / Tiga
Belas Untaian Kitab. Terdiri dari :
- Ya
King / Yi Jing / I Ching ( Kitab Perubahan )
- Su
King / Shu Jing ( Kitab Hikayat )
- Sie
King / Shi Jing ( Kitab Sanjak )
- Ciu
Lee / Zhou Li ( Kitab Kesusilaan )
- Gie
Lee / Yi Li ( Kitab Kesusilaan & Peribadahan ) atau disebut juga Lee
Ko King / Li Gu Jing ( Kitab Adat Istiadat Kuno )
- Lee
Ki / Li Ji ( Catatan Kesusilaan )
- Chun
Chiu Co Twan / Chun Qiu Zuo Zhuan ( Tafsir Kitab Chun Chiu oleh Zuo Qiu
Ming )
- Chun
Chiu Kong Yang Twan / Chun Qiu Gong Yang Zhuan ( Tafsir Kitab Chun Chiu
oleh Gong Yang Gau )
- Chun
Chiu Kok Liang Twan / Chun Qiu Gu Liang Zhuan ( Tafsir Kitab Chun Chiu
oleh Gu Liang Chi )
- Lun
Gi / Lun Yu ( Kitab Sabda Suci )
- Hauw
King / Xiau Jing ( Kitab Bhakti )
- Ji
Nge / Er Ya ( Kitab Logat )
- Bingcu
/ Meng Zi ( Kitab Bingcu )
Kemudian Cu Hi / Zhu Xi (1130 –
1200 M ) – seorang tokoh Dinasti Song – memilahnya menjadi :
- NGO
KING / WU JING / LIMA UNTAIAN / HIMPUNAN KITAB
Adalah Kitab-Kitab Suci yang berasal dari para Nabi Purba dan Raja Suci, merupakan Kitab-Kitab Suci yang mendasari Agama Khonghucu. Ngo King ini dihimpun, diedit, dibakukan, disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu. Terdiri dari :
Ø SIE
KING / SHI JING / KITAB SAJAK Disebut pula Pa King / Pa Jing / Kitab Kuncup
Bunga Didalamnya kita dapati bagaimana iman terhadap Thian / Tuhan diagungkan.
Terdiri dari 39.222 huruf. Dirintis oleh Ki Tan atau Ciu Kong Tan.
Sajak-sajaknya adalah: Hong ( Nyanyian Rakyat ), Hut ( Cerita ), Pi (
Perumpamaan ), Hien ( Sindiran / Sanjungan ), Nge ( Pujian ), Siong ( Pemujaan
/ Puja ). Nabi Khongcu menghimpun 3000-an sajak, tetapi hanya 311 buah sajak
saja yang diambil. Kini hanya tinggal 305 buah sanjak, karena 6 buah sajak (
no. 171, 172, 173, 174, 206, 209 ) telah hilang. Sajak yang tertua dari Dinasti
Siang 1766-1122 SM, yang termuda dari jaman Raja Muda Ciu Ting Ong ( 605-586
SM).
Ø SU
KING / Shu Jing / Kitab Hikayat. Merupakan kitab dokumentasi sejarah suci.
Disebut juga Sio Si / Shang Shu / Kitab Mulia dan Cai King / Zai Jing / Kitab Tarikh / Buku Jaman dan Piet King / Bi Jing / Kitab Tembok. Disebut Kitab Tembok karena berhasil dilestarikan oleh karena adanya penemuan kitab ini di dalam dinding rumah keluarga Nabi Khongcu. Dan Khong An Kok adalah keturunan Nabi Khongcu yang pada waktu itu mendapat perintah dari Raja Han Bu Tee untuk mengkonsolidasikannya. Kitab ini disusun oleh Nabi Khongcu dari Jaman Tong Giau (2357 – 2255 SM ) sampai Raja Muda Chien Bok Kong pada jaman Raja Ciu Siang Ong ( 651 – 618 SM ). Ciu ( 1122-255 SM ).
Disebut juga Sio Si / Shang Shu / Kitab Mulia dan Cai King / Zai Jing / Kitab Tarikh / Buku Jaman dan Piet King / Bi Jing / Kitab Tembok. Disebut Kitab Tembok karena berhasil dilestarikan oleh karena adanya penemuan kitab ini di dalam dinding rumah keluarga Nabi Khongcu. Dan Khong An Kok adalah keturunan Nabi Khongcu yang pada waktu itu mendapat perintah dari Raja Han Bu Tee untuk mengkonsolidasikannya. Kitab ini disusun oleh Nabi Khongcu dari Jaman Tong Giau (2357 – 2255 SM ) sampai Raja Muda Chien Bok Kong pada jaman Raja Ciu Siang Ong ( 651 – 618 SM ). Ciu ( 1122-255 SM ).
Ø YA
KING / Yi Jing / I Ching / Kitab Perubahan. Nama lainnya adalah Kitab Hie King
/ Yi Jing / Kitab Tanda-Tanda atau Simbol. Terdiri dari 24.707 huruf. Merupakan
Kitab Super yang universal. Banyak hal tersembunyi dalam tanda-tanda dan
simbolnya yang ajaib dan gaib. Dalam sejarahnya, Kitab ini paling utuh, bahkan
Chien Sie Ong pun tidak mengganggu. Kitab ini tentang Tuhan, Bu Kik, Tay Kik,
Im Yang, Pat Kwa yang dimulai dari Nabi Purba Hok Hie.
Ø LEE
KING / Li Jing / Kitab Kesusilaan. Juga disebut dengan Tay King / Dai Jing /
kumpulan orang Marga Tay. Terdiri dari 99.020 huruf. Sebenarnya oleh Nabi Khongcu
dipilih menjadi 3 bagian, yaitu :
-
CIU LEE / Zhou
Li / Kitab Kesusilaan Dinasti Ciu.
Merupakan susunan Nabi Ciu Kong Tan. Di dalamnya terdapat uraian tentang Liok Kwan / Liu Guan / Enam Departemen, yang merupakan Aturan Tata Negara Dinasti Ciu. Pada jaman Kerajaan Han, disebut juga sebagai Ciu Kwan / Zhou Guan yang sebelumnya dikenal sebagai Ciu Kwan Lee / Zhou Guan Lie.
Merupakan susunan Nabi Ciu Kong Tan. Di dalamnya terdapat uraian tentang Liok Kwan / Liu Guan / Enam Departemen, yang merupakan Aturan Tata Negara Dinasti Ciu. Pada jaman Kerajaan Han, disebut juga sebagai Ciu Kwan / Zhou Guan yang sebelumnya dikenal sebagai Ciu Kwan Lee / Zhou Guan Lie.
-
GI LEE / Yi Li /
Kitab Kesusilaan dan Peribadahan. Merupakan Kitab Adat Istiadat, disusun oleh
Ciu Kong Tan. Berisi tata agama dan tata laksana peribadahan Dinasti Ciu. Yaitu
tentang pembaliqan, perkawinan, perkabungan & persembahan, upacara
perjamuan, dan sebagainya. Kitab ini dipakai oleh Nabi Khongcu sebagai
referensi acuan dalam Kesusilaan. Dinamai pula Lee Ko King / Li Gu Jing / Kitab
Kesusilaan Kuno.
-
LEE KI / Li Ji /
Catatan Kesusilaan. Himpunan tulisan yang mengandung nilai moral dan agamis
yang berdasarkan agama Ji. Sekaligus uraian dan tafsir atas 2 Kitab terdahulu.
Mula-mula merupakan sisa-sisa himpunan yang berasal dari Nabi Khongcu dan
murid-murid langsung, yang oleh Hoo Cong ( Dinasti Han ) dikumpulkan menjadi
214 Bab / Tulisan / Buku. Lalu, atas pemeriksaan Murid Hoo Cong bernama Tay Tik
/ Dai De, disingkirkan yang diragukan, yang tidak / bukan berasal dari Ajaran
Nabi Khongcu, sehingga tinggal 85 Bab. Disebut dengan Tay Tik Thie / Dai De Ti
atau Tai Tay Lee / Da Dai Li.
Oleh keponakan Tay Tik-yakni: Tay Sing / Dai Sheng-diseleksi lebih lanjut, sehingga tinggal 46 Bab. Disebut dengan Sia Tay Lee / Xiao Dai Li.
Dan Tokoh-Tokoh Khonghucu Dinasti Han menambah 3 Bab, yaitu Bing Tong / Ruang Gemilang ( no.14 ), Gwat Ling / Pedoman yang menyangkut Almanak ( no.6 ) dan Gak Kie / Catatan Musik ( no.19 ), sehingga jumlahnya ini menjadi 49 Bab. Kitab Thai Hak dan Tiong Yong, juga terdapat dalam Lee Ki Bab 42 dan 31.
Oleh keponakan Tay Tik-yakni: Tay Sing / Dai Sheng-diseleksi lebih lanjut, sehingga tinggal 46 Bab. Disebut dengan Sia Tay Lee / Xiao Dai Li.
Dan Tokoh-Tokoh Khonghucu Dinasti Han menambah 3 Bab, yaitu Bing Tong / Ruang Gemilang ( no.14 ), Gwat Ling / Pedoman yang menyangkut Almanak ( no.6 ) dan Gak Kie / Catatan Musik ( no.19 ), sehingga jumlahnya ini menjadi 49 Bab. Kitab Thai Hak dan Tiong Yong, juga terdapat dalam Lee Ki Bab 42 dan 31.
Ø CHUN
CHIU KING / Chun Qiu Jing / Kitab Chun Ciu. Disebut juga dengan nama LIEN KING
/ Lin Jing / Kitab Kilin, karena Nabi Khongcu mengakhiri tulisan dengan peristiwa
terbunuhnya Sang Kilin. Terdiri dari 18.000 huruf. Ditulis murni dan langsung
oleh Nabi Khongcu.
- SU
SI / Shi Su / Empat Buku. Adalah Kitab Suci yang langsung bersumber pada
Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau.
Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari :
Ø KITAB
THAI HAK / Da Xue / Kitab Ajaran Besar. Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau
Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda.
Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V. Merupakan Kitab Tuntunan Pembinaan Diri. Dan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.
Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V. Merupakan Kitab Tuntunan Pembinaan Diri. Dan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.
Ø KITAB
TIONG YONG / Zhong Yong / Kitab Tengah Sempurna. Ditulis oleh Cu Su / Zi Si
alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu. Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab
uraian, 3.568 huruf. Merupakan Kitab Keimanan bagi Umat Ji.
Dan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.
Dan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.
Ø KITAB
LUN GI / Lun Yu / Kitab Sabda Suci. Merupakan kumpulan tulisan percakapan dan
diskusi, terutama antara Cingcu dengan Yucu. Terdiri dari A dan B,
masing-masing 10 Bab, sama dengan 20 Bab, 15.917 huruf. Seluruh aspek tentang
Nabi Khongcu dan Ajarannya, selaku Bok Tok / Genta Rohani kita dapati dalam
Kitab ini.
Ø KITAB
BINGCU / Meng Zi / Kitab Bingcu. Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian
merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou,
murid-muridnya. Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf.
Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dangan para raja-raja jaman itu, tokoh-tokoh berbagai aliran dan murid-muridnya. Merupakan penegasan Bingcu dalam menegakkan Kemurnian Ajaran Agama Khonghucu.
Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dangan para raja-raja jaman itu, tokoh-tokoh berbagai aliran dan murid-muridnya. Merupakan penegasan Bingcu dalam menegakkan Kemurnian Ajaran Agama Khonghucu.
Xian
You Yi De (Sungguh miliki yang satu itu kebajikan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar