Blogger templates

Wildan Izzaty (1110032100003), Viviana (1110032100064), Redian (1110032100040) kami dari kelomppok 11 menjelaskan Perkawinan dan Kematian agama Konghucu. Perbandingan Agama-B. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. dengan Dosen Pembimbing: Drs. H. Siti Nadroh, MA dalam mata kuliah TAOISME DAN KONFUSIANISME
WELCOME TO OUR BLOG-COMPARATIVE RELIGION

Rabu, 13 Juni 2012

Laporan Kunjungan Ke Klenteng Pondok Cabe


Kelenteng


Wei De Dong Tian (Hanya kebajikan Tuhan berkenan)
Agama Konghucu
Kitab suci                                : Su Si, Ngo King.
Pembawa                                 : Kongchu
Nama tempat peribadatan       : Kelenteng.
Hari besar keagamaan             : Imlek, Cap go meh.
Berkembang semenjak abad ke 23 SM.


A.    Ajaran Agama Konghucu
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒教) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".
Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.
Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral.
Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorangdewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.
Setiap agama mempunyai praktek peribadatannya sendiri sendiri, Sebagaimana yang terdapat dalam agama lain, agama konghucu juga memiliki hari hari raya yang mereka peringati sepanjang tahun dan tradisi ini sudah ada sebelum konghucu lahir, di Indonesia hari hari konghucu ini tidak dikenal secara luas oleh masyarakat konghucu Indonesia, karena hari raya tersebut tidak dianggap sebagai hari libur Nasional oleh pemerintah Indonesia.
Sebelum nabi kongzi mengajarkan prosesi peribadatan ini, sudah terlebih dahulu masyarakat cina kuno melaksanakannnya, hanya saja makna yang dikandung dari prosesi peribadatan tersebut masih cenderung kurang jelas, hanya sekedar ritual tanpa ada makan dan tujuan dibalik ritual tersebut, akan tetapi setelah nabi kongzi datang, dia meluruskan semua ritual peribadatan tersebut dan mengajarkan makna dibalik prosesi ritual peribadatan tersebut dan dilaksanakan oleh umat penerusnya sampai sekarang.
Agama konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya bagaiman seseorng berbakti  kepada Tian (Tuhan yang maha esa) orang tua, orng yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga mengajarkan tata cara melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.
Dalam ritual peribadatan agama konghucu ini penulis akan mengawali dari arti dan tujuan melaksanakan ritual menurut umat konghucu di klenteng boen bio, kemudian gerakan yang dilakukan dalam prosesi pelaksanaan peribadatan, dan perangkat yang dipergunakan dalam ritual tersebut.
B.   Asal mula Klenteng
Klenteng ini dibangun pertama kali pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen dan dinamakan Kwan Im Teng. Kelenteng ini dipersembahkan kepada Dewi Koan-Im (Dewi Welas Asih). Dari kata Kwan Im Teng inilah orang Indonesia akhirnya lebih mengenal kata Klenteng daripada Vihara, yang kemudian melafalkannya sebagai Klenteng hingga saat ini. Klenteng juga disebut sebagai bio yang merupakan dialek Hokkian dari karakter (miao) . Ini adalah sebutan umum bagi klenteng diCina.dialek Hakka (pak kung miao,sin miao).
Pada mulanya "Miao" adalah tempat penghormatan pada leluhur "Ci" (rumah abuh). Pada awalnya masing-masing marga membuat "Ci" untuk menghormati para leluhur mereka sebagai rumah abuh. Para dewa-dewi yang dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada awalnya dihormati oleh marga/family/klan mereka. Dari perjalanan waktu maka timbullah penghormatan pada para Dewa/Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus untuk para Dewa/Dewi yang sekarang ini kita kenal sebagai Miao yang dapat dihormati oleh berbagai macam marga, suku. Saat ini masih di dalam "Miao" masih juga bisa ditemukan (bagian samping atau belakang) di khususkan untuk abuh leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluarga/marga/klan masing-masing. Ada pula di dalam "Miao" disediakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran/agama leluhur seperti ajaran-ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan ada pula yang mempelajari ajaran Buddha.
Miao - atau Kelenteng (dalam bahasa Jawa) dapat membuktikan selain sebagai tempat penghormatan para leluhur, para Suci (Dewa/Dewi), dan tempat mempelajari berbagai ajaran-juga adalah tempat yang damai untuk semua golongan tidak memandang dari suku dan agama apa orang itu berasal. Saat ini Miao (Kelenteng) bukan lagi milik dari marga, suku, agama, organisasi tertentu tapi adalah tempat umum yang dipakai bersama.
Klenteng dapat dikatakn bukan milik Khong Hu Cu namun milik orang keturunan China. Jadi ajaran yang diajarkan di Klenteng dapat saja Ajaran Buddha, TAO, atau pun KHong Hu Cu. Akhir-akhir ini kekeliruan terjadi karena Klenteng di klaim milik ajaran agama tertentu.
Jenis-jenis kebaktian :
C.    Melakukan Ibadah Kepada Thian
1)      Sembahyang mengucapkan syukur tiap pagi, sore, saat menerima rezeki (makanan). Umat Khonghucu pada pagi hari, sore, dan saat menerima rezeki (makan) melakukan sembahyang kepada Thian. Sembahyang ini mereka lakukan di depan meja sembahyang (altar) yang terdapat di rumahnya. Umumnya meja sembahyang ini di simapan di ruang tamu sehingga bila berkunjung ke rumah umat Khonghucu, kita akan dapat melihat bentuk meja sembahyang yang sebenarnya.
2)      Sembahyang atau Thian Hio tiap tanggal 1 dan 15 penanggalan bulan/lunar (Imlek). Pada tanggal-tanggal tersebut setiap bulannya, umat Khonghucu juga juga melakukan sembahyang di depan altar keluarga di rumah dan bisa juga dilakukan di tempat ibadah umum (Litang). Orang yang memelihara abu membakar dupa dihadapan abu atau papan arwah leluhurnya, dan juga di hadapan patung dewa yang dipuja dalam rumahnya. Upacara ini mereka lakukan pada pagi hari dan petang.
3)      Sembahyang besar pada hari-hari kemuliaan Thian, yaitu:
-          Sembahyang malam penutupan tahun/malam menjelang Gwan Tan
-          Sembahyang King Thi Kong, tanggal 8 menjelang tanggal 9 Cia Gwee(bulan pertama).
-          Sembahyang saat Siang Gwan atau Cap Go Meh, 15 Cia Gwee (bulan pertama).
-          Sembahyang hari Tangcik (hari di mana letak matahari tepat di atas garis balik 23,5 Lintang Selatan, yakni tepat tanggal 22 Desember), yang dilakukan pada tanggal 22 Desember.
  1. Kebaktian pada Nabi
1)      Peringatan hari lahir nabi (Khonghucu), tanggal 27-8 Imlek/Ci Sing Tan.
2)      Peringatan hari wafat nabi, tanggal 18-2/Ci Sing Ki Sien.
3)      Peringatan hari genta rohani/Bok Tok (genta yang dibuat dari logam dan dipukul dengan pemukul yang terbuat dari kayu), setiap tanggal 22 Desember.
  1. Kebaktian untuk Para Suci
1)      Hari Twan Yang, tanggal 5-5 Imlek. Twan artinya lurus, terkemuka, terang, dan Yang artinya sifat positif atau matahari. Twan Yang artinya pada saat matahari memancarkan cahaya paling keras.
2)      Sembahyang Tiong Chiu, tanggal 15-8 Imlek. Tanggal 15 bulan 8 Imlek adalah saat bulan purnama dipertengahan musim rntok (musim gugur/autumn) di belahan bumi utara. Pada saat itu cuaca baik dan bulan nampak sangat cemerlang. Pada saat itu juga para petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim panen. Pada saat bulan purnama itu dilakukan sembahyang Hok Tik Cing Sien (malaikat bumi) untuk mengungkapkan pernyataan syukur.
3)      Hari He Gwan, tanggal 15-10 Imlek. He Gwan diartikan sebagai pernyataan terakhir dalam satu tahun akan maha kasih Tuhan. Pada saat He Gwan ini dilakukan sembahyang besar bagi malaikat Bumi (ok Tik Cing Sien) yang merupakan lambing semesta alam ciptaan Tuhan.


  1. Sembahyang Bagi Leluhur
1)      Sembayang tiap tanggal 1 dan 15 penaggalan bulan.
2)      Hari wafat leluhur atau orangtua (Co Ki).
3)      Sembahyang tutup tahun (Tik Sik) tanggal 29-12 Imlek.
4)      Sembahyang Sadranan/Ziarah/Ching Bing, tanggal 5 April. Sembahyang ini juga sering disebut sembahyang kubur.
5)      Sembahyang pada arwah leluhur, tanggal 15-7 Imlek.
  1. Kebaktian Masyarakat
1)      King Ho Ping atau sembahyang arwah umum, tanggal 29-7 Imlek.
2)      Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24-12 Imlek pada hari-hari tersebut umat Khonghucu diwajibkan berdana (membantu fakir miskin). Menjelang tahun baru Imlek, bantuan-bantuan yang berasal dari umat Khonghucu dibagikan pada fakir miskin tanpa membedakan golongan.
3)      Seluruh perbuatan lahir batin manusia sepanjang hidup hendaknya disadari sebagai perbuatan kebaktian atau ibadah. Hal ini disebut “hidup sepenuh hidup”.

D.   Makna dari symbol dan Benda yang digunakan dalam prosesi peribadatan.
Setiap pelaksanaan peribadatan diperlukan symbol symbol sebagai kelengkapan peribadatan, tidak hanya sekedar symbol saja akan tetapi dibalik symbol tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan kesakralan tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan agama konghucu juga menggunaka beberapa benda dan symbol yang didalamnya mengandung makna dan arti.
  1. Hio atau Dupa, Hio artinya harum,  yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum, dupa yang dikenal pada zaman nabi Kongzu berwujud bubuk atau belahan kayu, membakar dupa dalam peribadatan umat konghucu mengandung makna “jalam suci itu berasal dari kesatuan hatiku dan hatiku dibawa melalui keharuman dupa”, selain itu juga beguna untuk:
  • Menenangkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi
  • Mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat
  • Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam atau lonceng.
Selain itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta penggunannya dupa itu sendiri:
  • Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah keluarga sendiri.
  • Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya.
  • Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk, berguna untuk menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.
  • Dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya untuk bau-bauan saja.
  • Tiang Siu Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar kedua ujungnya, digunakan khusus untuk bersembahyang kepada tuhan.
Ada juga pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa:
  • Dupa warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati jenazah keluarga sendiri atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung,  boleh saja digunakan hanya satu batang.
Dupa warna merah:
  1. 1 batang, dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna memusatkan fikiran untuk sungguh sungguh bersujud.
  2. 2 atau 4 batang untuk menghormati kepada arwah orang tua yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari, atau kehadapan altar jenazah bukan keluarga sendiri dan mengandung makna ada hubungan duniawi atau urusan keduniaan.
  3. 5 batang, untuk menghormati arwah umum, mengandung makna melaksanakan lima kebajikan.
  4. 8 batang, mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau 4 batang.
  5. 9 batang, untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci.
  6. 1 pak, boleh sebagai pengganti 9 atau 1 batang
  1. Lilin atau Lampu, mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak, sedangkan asap dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya do’a keperaduan Tuhan yang maha esa,
  2. Youlou, tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk seperti hati.
E.     Jadwal pelaksanaan peribadatan
Ada beberapa waktu peribadatan yang harus dilaksanakan oleh umat kanghucu selain ibadah setiap hari:
  1. Peribadatan setiap hari, pagi dan sore, peribadatan ini bias dilaksanakan dirumah ataupun ditempat peribadatan agama konghucu atau klenteng.
  2. Peribadatan setiap tanggal 1 imlek dan 15 imlek yang dilaksanakan di klenteng, peribadatan pada tanggal 1 imlek di pergunakan untuk intropeksi diri manusia, sedangkan pada tanggal 15 imlek digunakan untuk memohon permintaan kepada tuhan dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan selama hidup.
  3. Peribadatan setiap minggu atau kebaktian mingguan, yakni do’a secara berjama’ah dan membaca ayat dari kitab sushi sebagai renungan dan kemudian di akhiri dengan khotbah keimanan, dilaksanakan setiap hari minggu jam 09.00- 11.00 wib, di klenteng Boen Bio jl. Kapasan 131 Surabaya.
Lebih lengkapnya lagi dalam buku tata Agama dan tata laksana upacara agama konghucu disebutkan ada beberapa macam peribadatan:
  1. Ibadah kepada Tuhan yang maha esa/ Thian
  • Sembahyang pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima rezeki makan.
  • Sembahyang tiap tanggal 1 dan 15 imlek
  • Sembahyang besar pada hari hari kemuliaan, yakni: malam penutupan tahun, king thi kong tanggal 8 menjelang 9 cia gwee, saat cap go meh, tang cik saat tanggal 22 desember.
  1. Kebaktian bagi nabi
  • Peringatan hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII lemlik
  • Peringatan hari wafat nabi konghucu pada tanggal 18-II lemlik
  • Peringatan hari genta Rohani pada tanggal 22 desember.
  1. Kebaktian bagi para suci
  • Hari twan yang jatuh pada tanggal 5-V lemlik
  • Sembayang tiong chu pada tanggal 15-VIII lemlik
  • Hari he gwan pada tanggal 15-X lemlik.
  1. Sembahyang bagi para leluhur
  • Sembahyang pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bula.
  • Hari wafatnya leluhur atau orang tua.
  • Sembahyang tutup tahun.
  • Sembahyang sadranan/ziarah
  • Sembahyang arwah leluhur.
  1. Kebaktian masyarakat
  • Sembahyang arwah untuk umum, pada tanggal 29-VII lemlik.
  • Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24- XII lemlik (pada  hari hari itu diwajibkan berdana bagi fakir dan miskin).
  • Seluruh perbuatan lahir batin kita sepanjang hidup hendaknyadisadari sebagai perbuatan kebaktian/ ibadah disebut dengan isitila hidup sepenuh hidup.
F.     Prosesi Peribadatan Umat Konghucu
Ada dua tempat peribadatan yang biasnya digunakan oleh umat konghucu yangpertama adalah dirumah, sedangkan yang kedua adalah diklenteng, tidak ada perbedaan yang mendasar antara proses pelaksanaan peribadatan dirumah dan diklenteng, keduanya sama yakni beribadah pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi konghucu.
Secara umum tempat ibadah Konghucu adalah Litang, Miao (Bio), Kongzi Miao, Khongcu Bio dan Kelenteng. Litang, selain merupakan tempat sembahyang, juga merupakan tempat kebaktian berkala (biasanya setiap hari Minggu atau tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek). Di sini umat mendapat siraman rohani (khotbah) dari para rohaniwan. Miao dan Kelenteng biasanya hanya merupakan tempat sembahyang. Kalau pun ada kebaktian, biasanya ditempatkan di ruangan yang terpisah agar tak terganggu aktivitas sembahyang. Di samping menjadi tempat ibadah agama Konghucu, Kelenteng biasanya juga menjadi tempat ibadah agama Tao dan agama Buddha Mahayana.
Rohaniwan agama Konghucu terdiri atas : Xueshi, Wenshi, Jiaosheng, Zhanglao dan Ketua-Ketua / Pimpinan-Pimpinan Majelis dan atau Tempat Ibadah. Sebelum menjadi Xueshi (biasa disingkat Xs), harus melalui jenjang Wenshi (Ws). Sebelum menjadi Wenshi, harus melalui jenjang Jiaosheng (Js). Tokoh yang sudah mencapai tingkatan sesepuh atau sangat senior di sebut Zhanglao (Zl).
Setiap rohaniwan, sesepuh dan para pimpinan tempat ibadah yang memegang mandat dan Surat Pengangkatan dari Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) dan atau menerima Surat Liyuan Rohaniwan (persidian, peneguhan iman) dari Dewan Rohaniwan MATAKIN, memiliki kewenangan :
  1. Menyelenggarakan kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya.
  2. Melakukan Liyuan umat.
  3. Memimpin berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai Hukum Agama Konghucu, termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang diatur dalam Tata Agama Konghucu.
Perlu diketahui juga ada perbedaan antara prosesi peribadatan di klenteng Boen Bio dengan klenteng lain, kalau di klenteng lain ketika kita akan masuk klenteng maka terlebih dahulu kita sembahyang untuk Tuhan di altar luar baru kemudian kita masuk dan beribadah untuk para nabi dan arwah leluhur yang suci di altar dalam, sedangkan di kelnteng Boen Bio, kita langsung melaksanakan prosesi peribadatan di altar dalam tanpa ada altar luar, adapun prosesi peribadatan umat konghucu adalah sebagai berikut:
  1. Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo’a atau altar,
  2. Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3  atau 9 batang yang melambangkan Tuhan, Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3 kali, dengan berkata sebagai berikut, pada angkatan Hio yang pertama maka yang diuacapkan adalah kehadiran Tuhan yang maha esa ditempat yang maha tinggi,dimuliakanlah. Pada angkata Hio yangkedua yang harus diucapkan adalah kehadapan nabi Konghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami, di muliakanlah. Sedanngkan pada angkata ketiga yang diucapkan adalah kehadapan para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah.
  3. Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk hati, Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua diletakkan di sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri.
  4. Berdo’a dengan sikap Pat Tik, ada dua sikap pat tik, Pertama sikap pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara tangan kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan ini gunakan juga pada waktu bersembahyang, keduasikap delapan kebajikan mendekap hati dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap punggung tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekappan di dada, sikap ini hanya digunakan pada waktu berdo’a.
Tangan bersikap pat tik dan didekappan di dada mempunyai makna “Aku selalu ingat bahwa dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan menjadikan daku manusia, maka manusia wajib melakukan delapan kebajikan”.
Delapan jalan kebajikan tersebut adalah :
Ø  Berbakti atau Hau, berbakti disini mempunyai makna yang sangat universal, mulai dari berbakti kepada tuhan yang maha esa, berbakti kepada oran tua dan sampai berbakti pada Negara nusa dan Bangsa, pada asal artinya berbakti di khususkan pada orangtua saja, di contohkan oleh Liem ketika kami melaksanakan wawancara “ketika seorang melaksanakan proses pembelajaran (Kuliyah-semisal-) dan sampai di Drop Out oleh akademik maka dia telah tidak berbakti pada orang tua karena sesungguhnya orang tua selalu menginginkan anaknya untuk lulus kuliyah”
Ø  Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong dan tidak Gumede roso, selalu berbuat rendah hati dengan sesama mahluk.
Ø  Setia atau Tiong .
Ø  Dapat dipercaya atau Sien yakni dengan selalu menepati janji dan melaksanakan apa yang telah dikatakan.
Ø  Susila atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum.
Ø  Kebenaran atau Gi.
Ø  Suci hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati.
Ø  Tahu malu atau Thi, menjadi manusia harus punya rasa tahu malu, karena dengan rasa inilah kita secara tidak langsung juga akan dihormati oleh orang lain, salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan Hewan adalah hewan tidak pernah punya rasa malu sedangkan manusia mempunyai rasa malu, ketika manusia tidak punya rasa malu berarti dia tidak ada bedanya dengan hewan.

Selain delapan jalan kebajikan dalam pat tik diatas, ada beberapa makna yang terkandung dalam Pat Tik :
-          Ibu jari kiri yang melambangkan ayah
-          Ibu jari kanan yang melambangkan ibu
-          Kedua ibu jari jika dipertemukan dalam posisi pat tik maka akan membentuk huruf jien yang artinya manusia.
-          Delapan jari yang lain melambangkan delapan kebajikan seperti yang telah dipaparkan diatas,
-          Kesatuan genggaman melambangkan Tian, Tuhan yang maha esa.
-          Dekapan dalam dada melambangkan bahwa kita selalu ingat pada-Nya.
Lain dari pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik dalam hal jumlah:
-          Kepada sesama orang hidup maka hanya satu kali angkatan saja atau pai
-          Kepada jenazah atau orang meninggal dengan dua kali angkatan atau Tinglee.
-          Kepada Altar Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak tiga kali angkatan atau Tinglee.

Kitab Suci Agama Khonghucu atau Ji Kau, pada mulanya merupakan kumpulan kitab yang terdiri dari 13 kitab, sehingga disebut SIP SHA KING / Shi San Jing / Tiga Belas Untaian Kitab. Terdiri dari :
  1. Ya King / Yi Jing / I Ching ( Kitab Perubahan )
  2. Su King / Shu Jing ( Kitab Hikayat )
  3. Sie King / Shi Jing ( Kitab Sanjak )
  4. Ciu Lee / Zhou Li ( Kitab Kesusilaan )
  5. Gie Lee / Yi Li ( Kitab Kesusilaan & Peribadahan ) atau disebut juga Lee Ko King / Li Gu Jing ( Kitab Adat Istiadat Kuno )
  6. Lee Ki / Li Ji ( Catatan Kesusilaan )
  7. Chun Chiu Co Twan / Chun Qiu Zuo Zhuan ( Tafsir Kitab Chun Chiu oleh Zuo Qiu Ming )
  8. Chun Chiu Kong Yang Twan / Chun Qiu Gong Yang Zhuan ( Tafsir Kitab Chun Chiu oleh Gong Yang Gau )
  9. Chun Chiu Kok Liang Twan / Chun Qiu Gu Liang Zhuan ( Tafsir Kitab Chun Chiu oleh Gu Liang Chi )
  10. Lun Gi / Lun Yu ( Kitab Sabda Suci )
  11. Hauw King / Xiau Jing ( Kitab Bhakti )
  12. Ji Nge / Er Ya ( Kitab Logat )
  13. Bingcu / Meng Zi ( Kitab Bingcu )

Kemudian Cu Hi / Zhu Xi (1130 – 1200 M ) – seorang tokoh Dinasti Song – memilahnya menjadi :
  1. NGO KING / WU JING / LIMA UNTAIAN / HIMPUNAN KITAB
    Adalah Kitab-Kitab Suci yang berasal dari para Nabi Purba dan Raja Suci, merupakan Kitab-Kitab Suci yang mendasari Agama Khonghucu. Ngo King ini dihimpun, diedit, dibakukan, disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu. Terdiri dari :
Ø  SIE KING / SHI JING / KITAB SAJAK Disebut pula Pa King / Pa Jing / Kitab Kuncup Bunga Didalamnya kita dapati bagaimana iman terhadap Thian / Tuhan diagungkan. Terdiri dari 39.222 huruf. Dirintis oleh Ki Tan atau Ciu Kong Tan. Sajak-sajaknya adalah: Hong ( Nyanyian Rakyat ), Hut ( Cerita ), Pi ( Perumpamaan ), Hien ( Sindiran / Sanjungan ), Nge ( Pujian ), Siong ( Pemujaan / Puja ). Nabi Khongcu menghimpun 3000-an sajak, tetapi hanya 311 buah sajak saja yang diambil. Kini hanya tinggal 305 buah sanjak, karena 6 buah sajak ( no. 171, 172, 173, 174, 206, 209 ) telah hilang. Sajak yang tertua dari Dinasti Siang 1766-1122 SM, yang termuda dari jaman Raja Muda Ciu Ting Ong ( 605-586 SM).
Ø  SU KING / Shu Jing / Kitab Hikayat. Merupakan kitab dokumentasi sejarah suci.
Disebut juga Sio Si / Shang Shu / Kitab Mulia dan Cai King / Zai Jing / Kitab Tarikh / Buku Jaman dan Piet King / Bi Jing / Kitab Tembok. Disebut Kitab Tembok karena berhasil dilestarikan oleh karena adanya penemuan kitab ini di dalam dinding rumah keluarga Nabi Khongcu. Dan Khong An Kok adalah keturunan Nabi Khongcu yang pada waktu itu mendapat perintah dari Raja Han Bu Tee untuk mengkonsolidasikannya. Kitab ini disusun oleh Nabi Khongcu dari Jaman Tong Giau (2357 – 2255 SM ) sampai Raja Muda Chien Bok Kong pada jaman Raja Ciu Siang Ong ( 651 – 618 SM ). Ciu ( 1122-255 SM ).
Ø  YA KING / Yi Jing / I Ching / Kitab Perubahan. Nama lainnya adalah Kitab Hie King / Yi Jing / Kitab Tanda-Tanda atau Simbol. Terdiri dari 24.707 huruf. Merupakan Kitab Super yang universal. Banyak hal tersembunyi dalam tanda-tanda dan simbolnya yang ajaib dan gaib. Dalam sejarahnya, Kitab ini paling utuh, bahkan Chien Sie Ong pun tidak mengganggu. Kitab ini tentang Tuhan, Bu Kik, Tay Kik, Im Yang, Pat Kwa yang dimulai dari Nabi Purba Hok Hie.
Ø  LEE KING / Li Jing / Kitab Kesusilaan. Juga disebut dengan Tay King / Dai Jing / kumpulan orang Marga Tay. Terdiri dari 99.020 huruf. Sebenarnya oleh Nabi Khongcu dipilih menjadi 3 bagian, yaitu :
-          CIU LEE / Zhou Li / Kitab Kesusilaan Dinasti Ciu.
Merupakan susunan Nabi Ciu Kong Tan. Di dalamnya terdapat uraian tentang Liok Kwan / Liu Guan / Enam Departemen, yang merupakan Aturan Tata Negara Dinasti Ciu. Pada jaman Kerajaan Han, disebut juga sebagai Ciu Kwan / Zhou Guan yang sebelumnya dikenal sebagai Ciu Kwan Lee / Zhou Guan Lie.
-          GI LEE / Yi Li / Kitab Kesusilaan dan Peribadahan. Merupakan Kitab Adat Istiadat, disusun oleh Ciu Kong Tan. Berisi tata agama dan tata laksana peribadahan Dinasti Ciu. Yaitu tentang pembaliqan, perkawinan, perkabungan & persembahan, upacara perjamuan, dan sebagainya. Kitab ini dipakai oleh Nabi Khongcu sebagai referensi acuan dalam Kesusilaan. Dinamai pula Lee Ko King / Li Gu Jing / Kitab Kesusilaan Kuno.
-          LEE KI / Li Ji / Catatan Kesusilaan. Himpunan tulisan yang mengandung nilai moral dan agamis yang berdasarkan agama Ji. Sekaligus uraian dan tafsir atas 2 Kitab terdahulu. Mula-mula merupakan sisa-sisa himpunan yang berasal dari Nabi Khongcu dan murid-murid langsung, yang oleh Hoo Cong ( Dinasti Han ) dikumpulkan menjadi 214 Bab / Tulisan / Buku. Lalu, atas pemeriksaan Murid Hoo Cong bernama Tay Tik / Dai De, disingkirkan yang diragukan, yang tidak / bukan berasal dari Ajaran Nabi Khongcu, sehingga tinggal 85 Bab. Disebut dengan Tay Tik Thie / Dai De Ti atau Tai Tay Lee / Da Dai Li.
Oleh keponakan Tay Tik-yakni: Tay Sing / Dai Sheng-diseleksi lebih lanjut, sehingga tinggal 46 Bab. Disebut dengan Sia Tay Lee / Xiao Dai Li.
Dan Tokoh-Tokoh Khonghucu Dinasti Han menambah 3 Bab, yaitu Bing Tong / Ruang Gemilang ( no.14 ), Gwat Ling / Pedoman yang menyangkut Almanak ( no.6 ) dan Gak Kie / Catatan Musik ( no.19 ), sehingga jumlahnya ini menjadi 49 Bab. Kitab Thai Hak dan Tiong Yong, juga terdapat dalam Lee Ki Bab 42 dan 31.
Ø  CHUN CHIU KING / Chun Qiu Jing / Kitab Chun Ciu. Disebut juga dengan nama LIEN KING / Lin Jing / Kitab Kilin, karena Nabi Khongcu mengakhiri tulisan dengan peristiwa terbunuhnya Sang Kilin. Terdiri dari 18.000 huruf. Ditulis murni dan langsung oleh Nabi Khongcu.
  1. SU SI / Shi Su / Empat Buku. Adalah Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau.
    Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari :
Ø  KITAB THAI HAK / Da Xue / Kitab Ajaran Besar. Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda.
Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V. Merupakan Kitab Tuntunan Pembinaan Diri. Dan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.
Ø  KITAB TIONG YONG / Zhong Yong / Kitab Tengah Sempurna. Ditulis oleh Cu Su / Zi Si alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu. Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab uraian, 3.568 huruf. Merupakan Kitab Keimanan bagi Umat Ji.
Dan yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu sendiri.
Ø  KITAB LUN GI / Lun Yu / Kitab Sabda Suci. Merupakan kumpulan tulisan percakapan dan diskusi, terutama antara Cingcu dengan Yucu. Terdiri dari A dan B, masing-masing 10 Bab, sama dengan 20 Bab, 15.917 huruf. Seluruh aspek tentang Nabi Khongcu dan Ajarannya, selaku Bok Tok / Genta Rohani kita dapati dalam Kitab ini.
Ø  KITAB BINGCU / Meng Zi / Kitab Bingcu. Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya. Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf.
Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dangan para raja-raja jaman itu, tokoh-tokoh berbagai aliran dan murid-muridnya. Merupakan penegasan Bingcu dalam menegakkan Kemurnian Ajaran Agama Khonghucu.

Xian You Yi De (Sungguh miliki yang satu itu kebajikan)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar