Blogger templates

Wildan Izzaty (1110032100003), Viviana (1110032100064), Redian (1110032100040) kami dari kelomppok 11 menjelaskan Perkawinan dan Kematian agama Konghucu. Perbandingan Agama-B. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. dengan Dosen Pembimbing: Drs. H. Siti Nadroh, MA dalam mata kuliah TAOISME DAN KONFUSIANISME
WELCOME TO OUR BLOG-COMPARATIVE RELIGION

Selasa, 22 Mei 2012

Menjelaskan Ajaran Konghucu tentang Tuhan, Keimanan dan hidup setelah Mati

Disusun Oleh :
Faisal Wibowo:                                            1110032100018
Saiful Bahri:                                                  1110032100046
Muhammad Haikal Rahmatullah:                        1110032100011

PENDAHULUAN
Khong Hu Cu hidup 2.500 tahun lalu, tetapi hingga akhir abad ke-16 ia belum dikenal orang barat, yaitu ketika namanya dilatinkan menjadi Confucius. Namun kita tidak pernah bisa berharap seperti apa sebenarnya Khong Hu Cu itu dan apa saja yang terkandung dalam ajarannya.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai masalah tentang ajaran atau doktrin yang di kembangkan dalam agama Kong Hu Cu, berikut penjelasan-penjelasan yang akan di paparkan pada bab-bab terkait.


  1. Sekilas Asal Konfusius
Cina adalah sebuah Negara yang memiliki sejarah cukup panjang, yang konon dimulai sekitar tahun 2.700 S.M. Cina memiliki tiga agama besar yaitu Konfusianisme, Taoisme dan Buddhisme.  Beberapa sumber kuno seperti Sje-Tsing (buku puji-pujian, dan Shu Ching (Buku Sejarah). Memberi kesan bahwa bangsa Cina purba menganut faham Monoteis, yaitu percaya pada satu Tuhan, nama yang diberikan untuk Tuhan mereka adalah Shang-Ti (Penguasa Tertinggi), dan Thien (Sorga).
Akan tetapi dalam perkembangan sejarah Cina, kepercayaan yang semula pada satu Tuhan menjadi kacau karena bangsa Cina mulai mempercayai roh-roh halus dan roh-roh nenek moyang yang semuanya itu mereka puja dalam upacara-upacara pengorbanan. Kira-kira pada abad VI S.M, kehidupan serta moral bangsa Cina mulai merosot.
Dalam situasi seperti ini lahirlah konfusius, atau Kong Hu Tzu atau Kong Fu Tze, yang kemudian ajaran-ajarannya kemudian sangat berpengaruh besar dalam kehidupan bangsa Cina. Selama hampir 25 abad Konfusius dianggap sebagai guru pertama oleh orang-orang Cina. Hal ini tidak berarti bahwa sebelum Konfusius tidak ada guru di Cina, melainkan merupakan pengakuan dari bangsa Cina bahwa Konfusius berada pada tingkat paling atas dari semua guru tersebut.[1]

  1. Ajaran Tentang Tuhan
Agama Kongfutzu, atau biasa dibunyikan dengan Kong Hu Cu, di kaitkan dengan nama pendiri agama ini yaitu Kung Fu Tze (551-479 SM). Ada yang menilai bahwa ajaran Kung Fu Tze bukanlah suatu agama melainkan hanyalah ajaran tentang nilai-nilai (Ethika) saja, karena Kung Fu Tzu sendiri menghindarkan diri untuk berbicara tentang alam gaib. Akan tetapi R.E Hume, Ph.D. dalam bukunya The World`s Living Religions Edisi 1950 menjelaskan bahwa sistem ajaran Kung Fu Tzu itu mengenal pengakuan terhadap kodrat maha Agung (Supreme Being), serta mempercayai pemujaan terhadap arwah Nenek Moyang (Ancetors-Worship), juga mengajarkan tata tertib Kebaktian. dengan landasan inilah seiring perkembangan zaman ajaran Kung Fu Tze termasuk kepada ajaran keagamaan.[2]
Dalam agama Konghucu istilah Tuhan disebut dengan Thian dan bukan Allah seperti yang terdapat dalam agama Kristen dan islam. Istilah Tuhan Yang Maha Esa (Thian atau Shang Ti) banyak diulas dalam kitab-kitab agama Konghucu. Berikut contohnya :
Nama Kitab
Isi
She Cing
“Kekuasaan dan bimbingan dari Thian (Tuhan Yang Maha Esa) sangat luas dan dalam hal ini diluar jangkauan suara, sentuhan, atau penciuman” (She Cing IV Wen Wang 1/7)
“Oh betapa besarnya kekuasaan Shang Ti (Tuhan Yang Maha Esa) yang memerintah dan membimbing seluruh umat manusia” (She Cing IV Thang I/I)
Lun Yu (Lun Gi)
“Dia yang telah berdosa pada Thien, berdoa pun tidak akan bermanfaat” (Lun Gi III : 13)
Tai Hak
“didalam kitab sanjak tertulis, sebelum kerajaan Len kehilangan kedaulatannya laksana di bawah pimpinan Tuhan Yang Maha Tinggi (Siang Tee)…” (Tai Hak X : 5)
Tiong Yong
“Firman Thian, (Tuhan Yang Maha Esa) itulah dinamai watak sejati. HIdup mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh jalan suci. Bimbingan menempuh jalan suci itulah dinamai agama.” (Tiong Yong, Bab utama : 1)
Bing Cu
“Bagaimanakah Sun memperoleh dunia ini? Siapakah yang memberinya? Thian Yang memberinya!.” (Bing Cu VA 5 : 3)
Dari beberapa kutipan kitab-kitab diatas dapatlah dikatan bahwa Kong Hu Cu tidak hanya berbicara tentang moral atau etika semata, melainkan juga berbicara tentang Tuhan Yang Maha Esa (Thian atau Shiang Ti). Thian adalah sumber dari segala yang ada di dunia ini. Konsep Thian yang digambarkan dalam kitab-kitab di atas adalah yang bersifat roh, Tuhan Yang Maha Esa (Siang Ti).[3]
Kung Fu Tze, dengan begitu mengakui perwujudan alam gaib dan kodrat gaib yang bersifat menentukan kehidupan manusiawi. Tetapi dia sendiri tidak melakukan pembahasan tentang alam gaib maupun kodrat gaib itu. Agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut Thian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shang Ti (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen).[4]
Selain Thian atau Shang Ti ada kata lain yang berkaitan dengan agama Konghucu yaitu Thian Li dan Thian Ming, Thian Li adalah hokum-hukum dan peraturan yang bersumber dari Thian (firman Tuhan), sedangkan Thian Ming adalah Sesuatu yang telah dijadikan atau yang telah terjadi.[5]

  1. Ajaran Tentang Keimanan
Penyebaran ajaran-ajaran Kong Hu Cu dimulai tidak lama setelah dia meninggal dunia. Setelah berkabung karena kematiannya pendirinya yaitu Kong Fu Tze, para murid Kong Fu Tze menyebarkan dan masing-masing menempuh jalannya sendiri-sendiri dalam melanjutkan pekerjaan penyebaran agamanya. Akan tetapi akibat perbedaan-perbedaan yang semakin lama semakin bertambah besar karena masing-masing mengembangkan sistem pemikiran tersendiri, sesuai dengan kepentingan dan keyakinannya.
Menurut Hs. Thjie Tjay Ing ajaran keimanan Konghucu diadopsi dari kata “Sing” artinya Sempurna kata, batin dan perbuatan, merupakan bentuk dari rangkaian kata “Gan” artinya berbicara/sabda/kalam dan “Sing” artinya sempurna atau jadi. Berikut adalah penggalan ayat dalam kitab Su Si yang berkaitan dengan Keimanan :
“Iman itulah jalan suci Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa; berusaha ber-oleh iman, itulah jalan suci manusia; yang beroleh iman ialah orang yang telah memilih kepada yang baik lalu didekap sekokoh-kokohnya”. (Bingcu IVA 12 : 2). Keimanan kaum Kong Hu Cu (Konfusius) tidak lepas dari kitab suci agama itu sendiri yang diyakini ditulis oleh Konfusius sendiri yaitu :
Shu Ching, Buku tentang sejarah. Aslinya mengandung 100 dokumen sejarah sejarah dinasti-dinasti kuno Cina dan mencakup suatu periode yang dimulai dari abad ke-24 S.M. sampai abad 8 S.M. Konfusius dikatakan telah menyusun dokumen-dokumen ini secara kronologis dan menulis kata pengantarnya. Dokumen ini tercampur dengan ajaran-ajaran agama dan moral.
Shing Ching, yaitu buku tentang puisi, yaitu kumpulan sajak-sajak yang popular yang ditulis lima ratus tahun pertama dari dinasti Chan.
Yi Ching, Buku tentangperubahan-perubahan. Buku ini mengemukakan system yang sangat fantastis menyangkut filsafat dan menjelaskan apa yang disebut dengan prinsip Yin (wanita) dan Yang (pria).
Li, Chi, buku tentang upacara-upacara. Konfusius menyetujui beberapa upacara tradisional untuk mendisiplinkan rakyat dan membawakehalusan budi, keagungan dan kesopanan kedalam tingkah laku sosial mereka.
Yeo, buku tentang music. Pada zaman konfusius music berhubungan erat dengan puisi, sehingga ketika ia menerbitkan sajak-sajak kuno ia juga menyusun pasangannya berupa music untuk setiap sajak yang telah diseleksinya.
Chu`un Ch`ii, tentang sejarah musim semi dan musim rontok, yaitu catatan kronologis tentang peristiwa-peristiwa di negri Lu mulai tahun pertama pemerintahan pangeran Yiu (722 S.M) hingga tahun keempat belas dari pemerintahan pangeran Ai (481 S.M).[6]
Dalam agama Kong Hu Cu ada yang disebut pengakuan Iman, diantaranya ada delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui / Pat Sing) dalam agama Khonghucu:
  1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Thian)
  • Bu Ji Bu Gi (jangan mendua hati, jangan bimbang)
  • siang tee liem li (tuhan yang maha tinggi besertamu)
  1. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
  • bu wan hut kai (tiada jarak jauh tak terjangkau)
  • khik hiang thian siem (sungguh hati tuhan merahmati)
  1. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
  • cun siem yang sing (jagalah hati rawatlah watak sejati)
  • cik tis u thian (demikian mengenal / mengabdi tuhan)
  1. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
  • Cien siu kwa yok (tekunlah membina diri, kurang keinginan)
  • hwat kai toing ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap dibatas tengah)
  1. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
  • liep sien hing too (tegakkan diri menempuh jalan suci)_
  • I hian hu boo (demi memuliakan ayah bunda)
  1. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
  • ci cun ci sing (yang terjunjung, nabi agung)
  • ing poo thian bing (yang dilindungi firman tuhan)
  1. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Shu Si dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
  • thian he tai king (kitab suci besar dunia)
  • liep bing tai pun (pokok besar tegakkan firman)
  1. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)[7]
  • su ji put li (sekejap pun tidak terpisah)
  • bu kiong ci hiu (tempat sentosa yang tanpa batas).[8]
  1. Ajaran Tentang Hidup Setelah Mati
Dalam agama Konghucu ajaran hidup setelah mati di refleksikan melalui Pemujaan arwah nenek moyang yang merupakan tradisi bagi bangsa Tionghoa sejak masa sebelum Kung Fu Tze. Tradisi tersebut dikukuhkan oleh Kong Fu Tze karena dipandangnya suatu sumber azasi baik nilai-nilai lainnya.
“Layanan cinta kasih dan takzim kepada ibu-bapa sewaktu hidup. Dan berduka cita serta berkabung sewaktu mereka meninggal dunia: sekaliannya itu kewajiban asazi bagi yang hidup.” (SBE, 3 : 488). Menurut kepercayaan, ibu-bapa yang telah meninggal tetap hidup berkelanjutan dan tetap mengawasi turunannya. Persembahan makanan pada waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi perlambang santap bersama yang dipandang sakral.[9]
Karakteristik umum dalam agama orang Cina pada masa Konfusius adalah penyembahan leluhur. Penyembahan leluhur adalah pemujaan roh-roh orang mati oleh kerabatnya yang masih hidup. Mereka percaya bahwa kelanjutan kehidupan roh-roh leluhurnya tergantung dari perhatian yang diberikan oleh para kerabatnya yang masih hidup. Mereka juga menyakini bahwa para roh tersebut dapat mengendalikan peruntungan keluarga.
Jika keluarga menyediakan kebutuhan roh para leluhur, sebagai imbalannya, roh para leluhur itu akan membawa hal-hal baik yang terjadi dalam kehidupan keluarga. Namun, jika para leluhur diabaikan, diyakini bahwa semua hal yang buruk akan menimpa keluarga. Akibatnya, orang yang hidup terkadang hidup dalam ketakutan kepada mereka yang telah mati. Richard C. Bush menyatakan:
“Penyembahan leluhur oleh keluarga kerajaan dan rakyat jelata mengungkapkan beberapa alasan mengapa mereka melakukannya. Mereka ingin para leluhur dapat hidup di luar kubur, menjalani hidup sama seperti bagaimana mereka hidup di bumi; oleh karena itu, yang masih hidup mencoba untuk memberikan apapun yang sekiranya diperlukan. Alasan kedua adalah bahwa jika mereka tidak diberi makanan, senjata, dan perlengkapan yang diperlukan untuk bertahan hidup di luar sana, para leluhur dapat mendatangi mereka sebagai hantu dan membawa masalah bagi yang hidup. Hingga kini, orang Cina merayakan "Festival Hantu Lapar", menaruh makanan dan anggur di depan rumah untuk memuaskan roh leluhur atau hantu yang tidak diperhatikan keturunannya yang kemudian menghantui. Motif ketiga adalah untuk memberitahu para leluhur apa yang terjadi pada masa kini, dengan harapan para roh leluhur itu, entah bagaimana caranya, mengetahui bahwa semuanya baik-baik saja sehingga mereka dapat hidup dengan damai. Dan alasan terakhir, pemujaan roh leluhur menunjukkan harapan bahwa para leluhur akan memberkati keluarga yang masih hidup, dengan anak-anak, kemakmuran, keharmonisan, dan segala yang berharga. (Richard C. Bush, The Story of Religion in China, Niles, IL: Argus Communication, 1977, hal. 2)”[10]
Untuk membuktikan bahwa Konghucu benar-benar telah mengajarkan kehidupan setelah mati, Haksu Tjie Thay Ing mengutip ayat-ayat sebagai berikut: “semangat atau jiwa rohani (khi) itulah perwujudan tentang adanya roh (sien); kehidupan jasad (phik) itulah perwujudan tentang adanya nyawa/jiwa badani (kui). Bersatu harmonisnya nyawa dan roh dalam kehidupan ini adalah tujuan pengajaran agama. Semua yang dilahirkan tumbuh berkembang pasti mengalami kematian, yang mati itu berpulang kepada tanah, inilah yang berkaitan dengan nyawa atau jiwa badani. Semangat atau jiwa rohani itu naik ke atas, memancar cemerlang (seolah) diantara semerbaknya bau dupa, itulah sari berates benda dan makhluk. Itulah kenyataan adanya roh”. (Lee ki XXIV : 13)[11]
Dalam masyarakat cina khususnya kaum Konfusianisme, ajaran tentang Tuhan dan kehidupan setelah mati tidak ditolak, dan juga tidak ditekankan untuk diketahui. akan tetapi ajaran ini secara samar-samar diakui sebagai yang kongkrit. Berbeda dengan agama islam, Tuhan dan kehidupan setelah mati di uraikan secara jelas dan dogmatis (rukun Iman).
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti. Agama-agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta. 1988.
Tanggok, M. Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat “Agama Konghucu di Indonesia” (Pelita Kebajikan : 2005)
Sou`yb, Joesoef. Agama-agama Besar didunia, Al-HUsna Dzikra, Jakarta, 1996.




[1] Mukti Ali, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta : IAIN PRESS, 1988) hal. 217
[2] Joesoef Sou`yb, Agama-agama Besar di Dunia, (Al-husna Zikra: 1996) hal. 167
[3] M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat “Agama Konghucu di Indonesia” (Pelita Kebajikan : 2005) hal. 43-48
[5] M. Ikhsan Tanggok, Op cit, hal. 48-49
[6] Mukti Ali, Op cit. hal. 227
[8] M. Ikhsan Tanggok, Op cit, hal. 53-54
[9] Joesoef. Op cit. hal. 180
[11] M. Ikhsan Tanggok, Op cit, hal. 57

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Berkemungkinan Kong Fu Tze adalah salah seorang Nabi Allah juga yang diutus ke bangsa Tiongkok untuk meluruskan ajaran Tauhid yang mulai menyimpang dari ajaran para nabi terdahulu. Sebagaimana uraian di atas ketika Kong Fu Tze belum lahir orang-orang Cina larut dalam penyembahan terhadap roh-roh dan kekuatan alam yang diwujudkan dalam bentuk dewa-dewa serta patung-patung mereka. Namun disayangkan beberapa masa setelah Kong Fu Tze meninggal dunia bangsa Tiongkok kembali menyembah roh-roh dan dewa-dewa mereka kembali. Demikian hebatnya Iblis memperdaya anak cucu Adam sehingga mereka kembali menyembah berhala-berhala meskipun sudah diutus para nabi kepada mereka. Sejarah Kong Fu Tse ini mirip dengan Zarathustra yang membawa agama Tauhid (mengesakan Tuhan) kepada bangsa Persia. Hal ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad yang pernah mengatakan bahwa “Sesungguhnya penduduk Persia tatkala Nabi mereka meninggal maka Iblis menjadikan Almajusiyyah (agama penyembah api) sebagai pengganti agama nabi mereka." (Hadis Riwayat Abu Daud no. 2645).
    Ajaran konfusius sekarang banyak yang berkurang, atau tidak sama dengan aslinya di karenakan pada zaman kaisar sih huang ti, kitab-kitab ajaran khong hu cu banyak yang di bakar…walaupun sebagian sudah disalin, tapi bisa jadi ayat-ayat yang berhubungan dengan ketuhanan dan cara ibadahnya mungkin banyak yang dikurangi sehingga ajaran Kong Fu Tze mengenai Tuhan Yang Maha Esa menjadi kabur dan cara peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa tersebut sudah tidak tampak lagi pada saat sekarang. Hal ini mirip juga dengan kitab agama Zoroaster yang dibakar habis oleh Alexander the great dari Yunani yang menjajah Persia sehingga kitab Zend Avesta sekarang sudah tidak asli lagi karena ditulis orang kemudian sesuai dengan ingatan mereka masing-masing dan tentu bercampur juga dengan kebudayaan dan pendapat mereka sendiri pada kitab tersebut.

    BalasHapus