Blogger templates

Wildan Izzaty (1110032100003), Viviana (1110032100064), Redian (1110032100040) kami dari kelomppok 11 menjelaskan Perkawinan dan Kematian agama Konghucu. Perbandingan Agama-B. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. dengan Dosen Pembimbing: Drs. H. Siti Nadroh, MA dalam mata kuliah TAOISME DAN KONFUSIANISME
WELCOME TO OUR BLOG-COMPARATIVE RELIGION

Selasa, 22 Mei 2012

Menjelaskan Ajaran Konghucu tentang Etika



Etika dalam pengertian Umum  (Ensklopedia Indonesia 1980), etika diartikan sebagai ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat. Sedangkan Professor Dr. lin Yu Tang, dalam bukunya yang berjudul “My Country and  My People”, 1936, mengartikan bahwa moral konfusiani itu sebagai  “Upaya manusia untuk memperoleh kebijakan dalam garis-garis kebijaksanaan dan berperilaku sebagai raja.
Dilihat dari ajaran-ajaran agama khonghucu di lihat dari kitab sucinya, tampaknya khonghucu sangat menekankan pentingnya nilai-nilai etika. Menurut Khonghucu etika itu penting untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Untuk mengenal  ajaran etika Khonghucu secara mendalam, maka kita harus mengenal apa yang disebut dengan San Kang (tiga hubungan tata karma), Ngo Lun (Lima norma kesopanan dalam masyarakat ), Pa Te (Delapan sifat mulia atau delapan kebijakan ), pentingnya nilai belajar bagai manusia dan etika terhadap makluk halus.
  1. San kang (tiga hubungan tata karma)
Pengertian dari San Kang atau tiga hubungan tata karma ini adalah :
  1. Hubungan raja dengan menteri atau atasan dengan bawahan
Ungkapan khonghucu :
            “seorang raja memperlakukan mentrinya dengan Li  (kesopanan atau penuh dengan budi pekerti  yang baik). Seorang mentri mengabdi kepada raja dengan kesetiaannya.” (Lun Gi  III: 19)
            Perkataan khonghucu diatas menggambarkan bahwa seorang pemimpin haruslah bersifat arif dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya, dan begitu juga seorang bawahan haruslah dapat menghormati atasannya sebagai mana layaknya seorang atasan.
  1.  Hubngan orang tua dengan anak
Khonghucu juga membicarakan tentang hubungan bapak dengan anak-anaknya, dan juga sebaliknya hubungan anak dengan orang tuanya.
Perkataan khonghucu :
            “ Raja berfungsi sebagai fungsi, menteri  berfungsi sebagai  menteri, ayah berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak.” (Lun Gi XII: II) Perkataan khonghucu di atas menggambarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari , seseorang harus dapat menempatkan fungsi sosialnya dengan baik.
  1. Hubungan suami dengan istri
Bagi Khonghucu hubungan suami  dengan istri haruslah juga didasarkan pada sifat-sifat baik dan terpuji. Seorang suami haruslah dapat menghormati  istrinya dan begitu juga sebaliknya.  Hal ini dapat dilihat dari kata-kata Mencius di bawah ini :
            “Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi seorang wanita”. (Mencius III, 2;2) istri yang baik itu adalah istri yang tunduk dan patuh terhadap printah suaminya, dan istri yang tidak baik adalah istri yang selalu melanggar  perintah suaminya.
Jika seorang istri dapat menuruti perintah suaminya, bukan berarti suami dapat berbuat sekehendak hatinya, namun suami hendaklah dapat berbuat yang terbaik untuk istrinya. Bagi khanghucu sebaiknya suami bersikap sebagai seorang kuncu (manusia budiman) yang dapat menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga. 
  1. Ngo Lun (lima norma kesopanan dalam masyarakat)
Ngo Lun itu juga disebut sebagai Wu Luen, yang artinya juga “lima norma kesopanan dalam masyarakat”. Baik Ngo Lun, maupun Wu Luen, mempunyai arti yang sama.
Orang harus menjaga lima hubungan ini, karna lima hubungan timbal balik sebagai sesuatu lingkaran keseimbangan hidup, yaitu hubungan yang seimbang.[1]
            Dalam San Kang dibicarakan tentang: (1) Hubungan raja dengan menteri atau hubungan atasan dengan bawahan, (2) Hubungan Ayah dengan anak, (3) hubungan suami dengan istri. Dalam Ngo Lun, ketiga hubungan tersebut ditambah dengan dua hubungan lagi yaitu : (1) Hubungan saudara dengan saudara dan (2) Hubungan teman dengan teman.
  • Hubungan saudara dengan saudara
perkataan Khonghucu tentang hubungan saudara dengan saudara:
            “Seorang muda, di rumah hendaklah erlaku bakti, di luar (rumah) hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubungan erat dengan orang yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I:6)
Perkataan khonghucu diatas tidak secara jelas menerangkan hubungan antara saudara dengan saudara, khonghucu mengatakan “Seorang muda, di rumah hendaklah adil…” perkataan ini bisa diartikan khonghucu menekankan dalam kehidupan berkeluarga sbaiknya yang tua (saudara yang tua) hendaklah menghormati yang muda (saudara yang muda).
  • Hubungan teman dengan teman
Khonghucu mengatakan :
            “Ada tiga macam sahabat yang membawa manfaat dan ada tiga seorang sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus, yang jujur, dan yang berpengetahuan luas, akan membawa manfaat. Seorang  sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal baik, dan hanya pandai memutar lidah akan membawa celaka. (Lun Gi,XIV : 4)
Sahabat yang member manfaat itu menurut khonghucu bukanlah dilihat dari besar kecilnya materi yang dimilikinya, tapi yang terpenting adalah sahabat yang memiliki pengetahuan yang banyak. Pengetahuan bagi khonghucu adalah penting, sebab dengan pengetahuan yang banyak, orang dapat membentuk manusia yang bodoh menjadi pintar, miskin menjadi kaya, terbelakang menjadi maju, dan lain-lain.
            Khonghucu juga berkata; “ada tiga macam kesukaan yang membawa faedah, dan ada tiga macam kesukaan yang membawa celaka. Suka memahami kesusilaan dan music, suka membicarakan perbuatan orang lain, dan suka bersahabat dengan orang-orang bijaksana, akan membawa faedah. Suka akan kesombongan dan kemewaha, suka bermalas-malasan dan berkeliaran, dan suka berpesta pora yang tiada artinya, akan membawa celaka.” (Lun Gi, XVI :5)
            Khonghucu juga berkata: “Bila teman bersalah maka berilah nasehat agar ia dapat kembali kejalan yang benar. Bila ia tidak mau, janganlah memaksanya, itu hanya akan memalukan diri sendiri.” (Lun Gi, XII: 23)
Mnculnya lima hubungan ini karna kofiusius melihat timbulnya kekacauan di Cina karna pangeran tidak bertindak sebagai pangeran, warganegara tidak bertindak sebagai warganegara, ayah tidak bertindak sebagai ayah dan seterusnya. Ia merasa bahwa langkah pertama ke arah transformasi dari dunia yang tidak teratur adalah melalui upaya agar setiap orang mengakui dan memenuhi tempatnya sendiri sesuai dengan kedudukannya masing-masing.[2]



  1. Sifat-sifat mulia dalam ajaran  khonghucu
1)      Wu Chang (lima sifat yang mulia)
Tzu-chang bertanya kepada Kong Hu Cu tentang keluhuran budi. Kong Hu Cu menjawab, “ia yang dapat memasukan lima hal ke dalam kebiasaan di mana pun di bawah langit akan menjadi orang yang berbudi luhur.” Tzu-Chang terus bertanya apa saja kelima hal tersebut, dan ia menjawab, “kesopanan, kemurahan hati, kesetiaan, ketekunan, dan kebaikan hati. Bila kamu berlaku sopan, kamu tidak akan dihina; bila kamu murah hati kamu akan memenangkan orang banyak; bila kamu setia, orang lain akan mempercayaimu; bila kamu tekun, kamu akan berhasil; dan bila kamu baik hati, kamu akan memimpin orang lain.” (A 17.6).[3]
Lima sifat yang mulia (Wu Chang) terdiri dari:
a)      Pengertian  Ren/Jin/Jen: (cinta kasih) 
Menurut Houston Smith, kata ren/jin/jen ini dapat di terjemaahkan banyak arti seperti kebaikan, dari manusia ke manusia, pemurah hati,cinta, dan juga diartikan sbagai berhati manusia. Dalam pandangan khonghucu dalam kehidupan jen merupakan inti sari dari kesempurnaan adi kodrati, yang diakuinya sendiri belum pernah dilihatnya terwujud sepenuhnya.
Gagasan khonghucu mengenai yi (peri keadilan kelurusan) jauh lebih berbeda dengan gagasannya terhadap jen (prikemanusiaan). Gagasan mengenai yi lebih bersifat aga formal. Sedangkan gagasan jen  jauh lebih bersifat kongkrit. Ketika Hwan-Thi (murid Konghucu) bertanya tentang cinta kasih (perikemausiaan), khonghucu menjawab : “prikemanusiaan (cinta kasih) itu dapat trwujud dengan jalan mencintai orang lain.” (Lun Gi XII,22). Hwan-thi bertanya lagi tentang kebijaksanaan, dan khonghucu menjawab: “kebajikan itu adalah seseorang yang dapat mengenal orang lain”. (Lun Gi XX, 22:2)
Jen juga mencakup suatu perasaan manusiawi terhadap orang lain dan juga penghormatan pada diri sendiri, suatu perasaan mengenai keagungan martabat manusia di dunia ini. Apabila kita memiliki jen, maka akan muncul sikap seperti murah hati, percaya, dan dermawan.
Fung Yu Lan mengatakan bahwa jen  adalah salah satu yang penting dalam pemikiran khonghucu. Jen menurut Fung Yu Lan adalah sebuah kata yang dapat merangkum semua kualitas moral yang akan digunakan oleh seseorang dalam hubungannya dengan yang lain.

b)     Pengertian I/Gi
Chau Ming, mengartikan  I atau Gi, sebagai rasa solidaritas, rasa senasib-sepenanggungan dan rasa membela kebenaran. Sedangkan Fung Yu Lan mengartikan i atau gi sebagai “keadilan” dan “kebenaran”. Hal ini dapat terlihat dalam khonghucu, “seorang Kuncu(manusia budiman) hanya mengerti akan kebenaran, sebaliknya seorang rendah budi hanya mengerti akan keuntungan.” (Lun Gi IV: 16).
Bagi khonghucu, I/Gi suatu hal yang amat penting dalam kehidupan manusia, bahkan lebih penting dari harta dan ketenangan. Dalam hal ini khonghucu berkata, “tidak memiliki I/Gi namun memiliki kekayaan dan ketenangan, hal itu bagiku hanya merupakan awan yang mengapung di langit.” (Lun Gi VII: 16) khonghucu berkata lagi, “Bila melihat I/Gi namun tudak melakukan sesuatu, itu adalah perbuatan yang tanpa memiliki kebenaran.” (Lun Gi III:24)
Menurut khonghucu , keberanian harus disertai dengan kebenaran (I/Gi), kebenaran harus diletakan diatas keberanian.

c)      Pengertian Li/Lee
Pengertian Li menurut khonghucu adalah “sopan-santun” dan “tata krama” atau “budi pekerti”. Suatu hubungan yang dilakukan oleh manusia yang satu dengan yang lain harus dilakukan dengan Li. Li adalah suatu pedoman yang harus ditaati oleh manusia dalam berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Khonghucu mengartikan Li ini sebagai “ritus” atau “upacara”.[4]
Ada juga yang mengatakan bahwa Li mengandung pengertian dua macam:
  1. Berarti peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah yang menjadi keseimbangan dalam hidup manusia, adalah suatu cara atau jalan segala sesuatu yang harus dilalui oleh siapapun
  2. Berarti ritual (upacara) dalam sepanjang hidup manusia.[5]

d)     Pengertian Ce/Ti (bijaksana) 
Konsep kebijaksanaan menurut khonghucu :
“bila kita melihat orang yang bijaksana, kita harus berusaha menyamainya. Bila kita melihat orang yangb tidak bijaksana kita harus memeriksa dan melihat dalam diri kita sendiri”. (Lun Gi IV:17)
Dari perkataan diatas khonghucu sangat menekankan pentingnya sikap Ti atauCe, karna sikap itu dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi seseorang.
e)      Pengertian Sin
Sin artinya “dapat dipercaya”. Seseorang tidak hanya percaya pada dirinya sendiri tapi juga harus dapat dipercaya oleh orang lain.  Menurut khonghucu, Sinmempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, tanpa Sin  seseorang tidak banyak mempunyai arti dalam masyarakat.

2)      Pengertian Pa Te (delapan sifat mulia)
  • Siau/Hau
Siau/Hau dapat diartikan rasa bakti yang tulus terhadap orang tua, guru, dan leluhur. Seorang anak harus dapat berbakti kepada orang tuanya , baik orang tuanya masih hidup maupun sudah meninggal dunia.
  • Thi/Tee
Thi/Tee dapat diartikan sebagai rasa hormat terhadap yang lebih tua diantasa saudara. Maksudnya dalam kehidupan rumah tangga seorang adik harus menghormati kakanya. Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari, yang muda menghormati yang tua.
  • Cung/Tiong
Cung atau Tiong,  dapat diartikan sebagai setia terhadap atasan, setia terhadap teman dan kerabat.
  • Sin
Sin dapat diartikan kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya atau menepati janji, orang yang dapat menepati janji amat disegani oleh orang lain, namun orang yang tidak dapat menepati janji akan dibenci oleh orang lain.
  • Lee/Li
Lee atau Lee dapat diartikan sebagai sopan santun, tatak rama dan budi pekerti.
  • I/Gi
I/Gi dapat diartikan sebagai rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenanggungan dan mau membela kebenaran serta menolak hal-hal yang dirasakan tidak baik dalam hidup.
  • Lien/Liam
Lien/Liam dapat diartikan memperaktekan cara hidup yamg sederhana dan tidak melakukan penyelewengan.
  • Che/Thi
Che/Thi diartikan dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang amoral atau hal-hal yang dapat merusak moral.
3)      Chun Tzu atau kuncu menurut pandangan konghucu
Setelah seseorang dapat melaksanakan San Kang, Ngo Lun, Wu Chang, dan Pa Te. Maka ia akan sampai pada pengertian manusia yang ideal yang oleh khonghucu disebut Chun Tzu atau  kuncu (manusia budiman). Ini dapat di wujudkan melalui pengembangan watak dan moral yang baik berdasarkan ajaran khonghucu. Chun tzu merupakan salah satu tujuan dari hidup manusia
Cu-Khong (murid konghucu) bertanya tentang hal seorang kuncu. Khonghuchu menjawab, “ia mendahulukan pekerjaan, dan selanjutnya kata-katanya disesuaikan.” (Lun Gi 11, 13) Khonghucu berkata lagi, seorang kuncu mengutamakan kepentingan umun, bukan kelompok, seorang rendah budi mengutamakan kelompok bukan kepentingan umum.” (lun Gi 11, 14).[6]

DAFTAR PUSTAKA
Tanggok, Ikhsan.  Mengenal lebih dekat agama Konghuchu di Indonesia.  Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005.
Arifin, Muhammad.  Belajar Memahami Ajaran Agama-Agama Besar .  Jakarta: C.VS. Sera Jaya, 1980.
Dawson, Raymond. Kong Hu Cu Penata Budaya Kerajaan Langit . Jakarta: Grafiti, 1999.
Ali, Mukti.  Agama-Agama di Dunia.  Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988.


[1] M arifin, Belajar Memahami Ajaran Agama-Agama Besar ( Jakarta: C.VS. Sera Jaya), h. 26. 
[2] Mukti ali, Agama-Agama di Dunia ( Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), h. 221. 
[3] Raymond Dawson, Kong Hu Cu Penata Budaya Kerajaan Langit ( Jakarta: Grafiti, 1999), h. 56. 
[4] M Ikhsan Tanggok, Mengenal lebih dekat agama Konghuchu di Indonesia ( Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005),h. 60-76.
[5] M arifin, Belajar Memahami Ajaran Agama-Agama Besar ( Jakarta: C.VS. Sera Jaya),h. 25.
[6] M Ikhsan Tanggok, Mengenal lebih dekat agama Konghuchu di Indonesia ( Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005),h. 77-84.


TAMBAHAN
POSTED BY GERY ON 14:29

Masih dalam rangka Imlek-kan ni. Jadi sementara mosting judul yang ga nyerempet jauh dari kebudayaan China dan Kong Hu Cu (Nabinya orang Cina). Sebenarnya bagaimana dan apa sih ajaran Kong Hu Cu ini? atau yang kerap disebut Konfusianisme. Menurut Wikipedia.
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒教) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".
Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Beliau meninggal dunia pada tahun 479 SM.
Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.
Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral.
Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.
Sedangkan Intisari ajarannya itu adalah:
* Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
  1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
  2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
  3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
  4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
  5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
  6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
  7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
  8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
* Lima Sifat Kekekalan (Wu Chang):
  • Ren – Cintakasih
Dalam Kitab Suci Agama Khonghucu (SI SHU), pembahasan tentang Cinta Kasih terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 1 Pasal 2 ayat, Kitab Tengah Sempurna 1 pasal 2 ayat, Kitab Sabda Suci 12 pasal 34 ayat dan Kitab Meng Zi 8 pasal 19 ayat. Pada Kitab Sabda Suci XII : 1 menyatakan Cinta Kasih itu adalah mengendalikan diri pulang kepada kesusilaan dan sangat tergantung kepada usaha diri sendiri, maka Nabi Bersabda, "Yang tidak susila jangan dilihat, Yang tidak susila jangan di dengar, Yang tidak susila jangan dibicarakan, dan Yang tidak susila jangan dilakukan". Pada ayat lain, Sabda Nabi menyatakan bahwa "apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan kepada orang lain".Disamping beberapa ayat tersebut di atas telah menjadi pegangan hidup bagi umat Khonghucu, ada 2 ayat lagi yang tidak asing ditelinga yaitu : "Seorang yang berperi Cinta Kasih ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang lain pun tegak ; ia ingin maju, maka berusaha agar orang lain pun maju". (Sabda Suci VI : 30 : 3)."Seorang yang berperi Cinta Kasih rela menderita lebih dahulu dan membelakangkan keuntungan. Demikianlah orang yang berperi Cinta Kasih".
  • Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
Pembahasan tentang kebenaran/ keadilan terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 2 pasal 2 ayat. Tengah Sempurna 3 pasal 6 ayat, Sabda Suci 4 pasal 5 ayat dan Meng Zi 6 pasal 8 ayat. Kebenaran itu adalah kewajiban hidup dan jalan lurus, seringkali disebut bahwa kebenaran adalah Jalan sedangkan kesusilaan adalah pintu. Maka dikatakan apabila hendak menemui seorang bijaksana dengan tidak memakai cara yang berlandas Jalan Suci, laksana menyuruh orang masuk rumah tetapi menutup pintu". (Meng Zi VB: 7:8).Dalam Kitab Meng Zi IIIB: 9:9, menyatakan bahwa Ajaran Yang Cu hanya mengutamakan diri sendiri. Tidak mau mengakui adanya pemimpin. Bik Cu mengajarkan Cinta yang menyeluruh sama ; tidak mengakui adanya orang tua sendiri ! yang tidak mengakui adanya orang tua sendiri dan adanya pemimpin sesungguhnya hanya burung atau hewan saja..........Kalau ajaran Yang Cu dan Bik Cu tidak dipadamkan, jalan Suci Kong Zi tidak akan dapat bersemi ; kata-kata jahat itu akan membodohkan rakyat, menimbuni Cinta Kasih dan kebenaran. Bila Cinta Kasih dan Kebenaran tertimbun, ini seperti menuntun binatang memakan manusia, bahkan mungkin manusia makan manusia.Oleh karena itu bahwa ajaran yang tidak mengakui adanya orang tua sendiri dan adanya pemimpin sangat bertentangan dengan kebenaran/ keadilan. Sedangkan ajaran Nabi Agung Kong Zi memposisikan Laku Bakti kepada orang tua di atas segala-galanya setelah Tuhan dan Nabi.
  • Li - Kesusilaan, Kepantasan
Pembahasan tentang Kesusilaan terdapat pada Kitab Tengah Sempurna sebanyak 4 pasal 6 ayat, Sabda Suci 16 pasal 40 ayat dan Meng Zi 8 pasal 16 ayat. Dalam kamus Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta arti kata dari kesusilaan adalah kesopanan ; sopan santun, keadaban. Pada jaman sekarang, kesopanan atau kesusilaan sudah merupakan barang mahal. Maksudnya adalah semakin langka orang berlaku sopan terhadap orang tuanya, saudara-saudara tuanya, orang-orang lain yang lebih tua. Perkembangan ini menunjukkan suatu kemerosotan moral dan cukup memprihatinkan.Dalam banyak hal yang akan kita lakukan, Nabi Agung Kong Zi memberikan Sabda, "Melakukan hormat tanpa tertib kesusilaan, akan menjadikan orang repot. Berhati-hati tanpa tertib kesusilaan, akan menjadikan orang serba takut. Berani tanpa tertib kesusilaan, akan menjadikan orang suka mengacau. Dan jujur tanpa tertib kesusilaan, akan menjadikan orang berlaku kasar". (Sabda Suci VIII : 2). Jadi setiap perbuatan, menurut kita sudah baik dan benar masih perlu diukur dengan parameter kesusilaan. Agar apa yang telah dihasilkan (Out-putnya) masih dalam kerangka harmonis, seimbang dan selaras.Disamping itu, dalam Sabda Suci XX : 3 : 2 menyatakan bahwa, "Yang tidak mengenal Kesusilaan, ia tidak dapat teguh pendirian". Dengan demikian setiap Insan dituntut untuk mengenal Kesusilaan. Agar hubungan sesama manusia di dalam keluarga, masyarakat dan negara adanya keharmonisan. Dan pada ayat lain ditegaskan oleh Nabi, "Tegakkan Pribadimu dengan kesusilaan". Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu.
  • Zhi – Bijaksana
Pembahasan tentang kebijaksanaan terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 4 pasal 10 ayat, Tengah Sempurna 5 pasal 5 ayat, Sabda Suci 14 pasal 42 ayat dan Meng Zi 9 pasal 23 ayat. Kebijaksanaan asal kata dari bijak artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budinya (W.J.S. Poerwadarminta). Nabi bersabda, "Orang yang memahami ajaran lama lalu dapat menerapkan pada yang baru, dia boleh dijadikan guru". (Tengah Sempurna XXVI : 6). Kata-kata atau ungkapan yang bijak selalu berlaku sepanjang masa, maka Nabi Agung Kong Zi dijuliki Nabi Sepanjang Masa.Dalam kehidupan kita sehari-hari, bagaimana cara agar kita dapat bertindak bijak ? Dalam Kitab Sabda Suci III:21:2, menyatakan, "Hal yang sudah terjadi tidak perlu dipercakapkan, hal yang sudah terlanjur tidak perlu dicegah, dan hal yang sudah lampau tidak perlu disalah-salahkan". Dalam hal ini di anjurkan bahwa Orientasi kita adalah kedepan, sedangkan kejadian-kejadian terdahulu merupakan guru atau pengalaman hidup untuk melangkah kedepan, dan selalu memperbaiki serta memperbaharui diri setiap hari.Berhubungan dengan keadaan tersebut di atas, ayat lain menganjurkan, "Balaslah kejahatan dengan kelurusan dan balaslah kebajikan dengan kebajikan". Artinya apabila ada orang berbuat jahat atau jahil kepada kita, maka sadarkanlah orang tersebut dengan perbuatan kita dan apabila orang berbuat baik kepada kita, maka kita juga wajib berlaku baik kepada orang yang bersangkutan.
  • Xin - Dapat dipercaya
Pembahasan tentang dapat dipercaya terdapat pada Kibab Ajaran Besar sebanyak 1 pasal 1ayat, Tengah Sempurna 1 pasal 1 ayat, Sabda Suci 6 pasal 7 ayat dan Meng Zi 1 pasal 1 ayat. "Kalau memegang sikap dapat dipercaya itu dilandasi kebenaran, maka kata-katanya akan dapat ditepati. Kalau sikap hormat itu dilandasi tata susila, niscaya menjauhkan malu dan hina. Kalau dapat dekat kepada orang yang patut (Karena jiwanya yang luhur), ia akan mendapatkan pembimbing yang boleh dijunjung". (Sabda Suci I:13). Sikap dapat dipercaya ini memungkinkan manusia mencapai cita-citanya, sedangkan kesombongan dan keangkuhan akan mengakibatkan hilangnya harapan.Dalam kehidupan kita ini setiap manusia menghendaki orang lain bertindak jujur dan dapat dipercaya. Padahal belum tentu dirinya dapat bertindak demikian. Jadi Insan yang mana pun bila berlaku dapat dipercaya akan diterima di mana pun ia berada.
* Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):
-        Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
-        Hubungan antara Suami dan Isteri
-        Hubungan antara Orang tua dan anak
-        Hubungan antara Kakak dan Adik
-        Hubungan antara Kawan dan Sahabat

* Delapan Kebajikan (Ba De):
-        Xiao - Laku Bakti
-        Ti - Rendah Hati
-        Zhong – Satya
-        Xin - Dapat Dipercaya
-        Li – Susila
-        Yi – Bijaksana
-        Lian - Suci Hati
-        Chi - Tahu Malu

1 komentar:

  1. Berkemungkinan Kong Fu Tze adalah salah seorang Nabi Allah juga yang diutus ke bangsa Tiongkok untuk meluruskan ajaran Tauhid yang mulai menyimpang dari ajaran para nabi terdahulu. Sebagaimana uraian di atas ketika Kong Fu Tze belum lahir orang-orang Cina larut dalam penyembahan terhadap roh-roh dan kekuatan alam yang diwujudkan dalam bentuk dewa-dewa serta patung-patung mereka. Namun disayangkan beberapa masa setelah Kong Fu Tze meninggal dunia bangsa Tiongkok kembali menyembah roh-roh dan dewa-dewa mereka kembali. Demikian hebatnya Iblis memperdaya anak Adam sehingga mereka kembali menyembah berhala-berhala meskipun sudah diutus para nabi kepada mereka. Sejarah Kong Fu Tse ini mirip dengan Zarathustra yang membawa agama Tauhid (mengesakan Tuhan) kepada bangsa Persia. Hal ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad yang pernah mengatakan bahwa Bangsa Persia atau Parsi dipimpin oleh nabi-nabi namun sepeninggal nabi mereka, mereka kembali menjadi majusi (kaum penyembah api).
    Ajaran konfusius sekarang banyak yang berkurang, atau tidak sama dengan aslinya di karenakan pada zaman kaisar sih huang ti, kitab-kitab ajaran khong hu cu banyak yang di bakar…walaupun sebagian sudah disalin, tapi bisa jadi ayat-ayat yang berhubungan dengan ketuhanan dan cara ibadahnya mungkin banyak yang dikurangi sehingga ajaran Kong Fu Tze mengenai Tuhan Yang Maha Esa menjadi kabur dan cara peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa tersebut sudah tidak tampak lagi pada saat sekarang. Hal ini mirip juga dengan kitab agama Zoroaster yang dibakar habis oleh Alexander the great dari Yunani yang menjajah Persia sehingga kitab Zend Avesta sekarang sudah tidak asli lagi karena ditulis orang kemudian sesuai dengan ingatan mereka masing-masing dan tentu bercampur juga dengan kebudayaan dan pendapat mereka sendiri pada kitab tersebut. Sehingga keesaan Tuhan juga menjadi kabur pada kitab tersebut.

    BalasHapus