Blogger templates

Wildan Izzaty (1110032100003), Viviana (1110032100064), Redian (1110032100040) kami dari kelomppok 11 menjelaskan Perkawinan dan Kematian agama Konghucu. Perbandingan Agama-B. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. dengan Dosen Pembimbing: Drs. H. Siti Nadroh, MA dalam mata kuliah TAOISME DAN KONFUSIANISME
WELCOME TO OUR BLOG-COMPARATIVE RELIGION

Selasa, 22 Mei 2012

Menjelaskan Sejarah Agama Konghucu dan Pro-Kontra Agama Konghucu di Indonesia


Sejarah Agama Konghucu di Indonesia
1883 – Boen Tjhiang Soe (Wen Chang Shi), setelah dibangun kembali pada tahun 1906 yang kemudian menjadi Boen Bio (Wen Miao) Jl.Kapasan No. 131 Surabaya. Oleh pihak Belanda disebut “Gredja Boen Bio atau Geredja Khonghoetjoe (de kerk van Confucius). Dewasa ini sebagai tempat ibadah umat Agama Khonghucu Indonesia. Dibina oleh MAKIN – Majelis Agama Khonghucu Indonesia Surabaya.
1886 – diterbitkan kitab Hikayat Khonghucu, disusun oleh Lie Kim Hok.
1900 – terjemahan Kitab Thay Hak (Da Xue, Ajaran Besar) dan Tiong Yong (Zhong Yong, Tengah Sempurna) disusun oleh Tan Ging Tiong.
1897 – SoeSie (Si Shu, Empat Kitab) terjemahan Toean Njio Tjoen Ean dicetak di Ambon.
17 Maret 1900 – 20 pemimpin Tionghoa mendirikan lembaga sosial kemasyarakatan Khonghucu yang disebut Tiong Hoa Hwee Kwan (Zhong Hua Hui Guan) yang bermaksud memurnikan Agama dan menghapuskan sinkretisme.
Berdirinya lembaga-lembaga agama Konghucu di Indonesia
1918 diresmikan Khong Kauw Hwee (Kong Jiao Hui) di kota Surakarta, menyusul pula kota-kota lainnya. Tahun 1920an Kong Jiao Hui Surabaya menerbitkan majalah Djiep Tek Tjie Boen (Ru De Zhi Men). 1923 mulai dilakukan musyawarah untuk membentuk badan pusat yang dinamakan Khong Kauw Tjong Hwee (Kong Jiao Zong Hui) di Jogjakarta. Bandung dipilih sebagai kedudukan pusat organisasi dan Poei Kok Gwan terpilih sebagai ketua umum. Keputusan ini didukung oleh Khong Kauw Hwee dari kota Surabaya, Sumenep, Kediri, Surakarta, Semarang, Blora, Purbolinggo, Cicalengka, Wonogiri, Jogjakarta, Kartasura, Pekalongan. Pada tahun itu pula, diterbitkan majalah Khong Kauw Gwat Poo atau Kong Jiao Yue Bao.
25 September 1924 diadakan Konggres di Bandung yang tujuan utamanya membahas lebih lanjut penyeragaman tata ibadah di seluruh tanah air.
25 Desember 1938 diadakan konferensi di Surakarta dan kedudukan pusat dialihkan ke kota Surakarta, dengan ketua umum Tio Tjien Ik, sekretaris Auw Ing Kiong dan diterbitkan majalah bulanan Bok Tok Gwat Po (Mu Duo Yue Bao).
20 Februari 1939 diadakan perayaan Tahun Baru Imlek bersama di Surakarta.
24 April 1940 diadakan konferensi Kong Jiao Zong Hui di Surabaya yang hasil antara lain :
Konferensi tahun 1941 akan diselenggarakan di Cirebon Semua sekolah Khong Kauw Hwee diberi pelajaran agama Khonghucu. Upacara pernikahan dan kematian supaya diselidiki dan disesuaikan dengan keadaan jaman tapi tetap berpatokan pada nilai-nilai Ru Jiao.
Pada tahun 1942, karena imbas perang dunia ke II dan masuknya bala tentara Jepang ke Indonesia, Khong Kauw Tjong Hwee yang dianggap anti-Jepang dibekukan.
Masa Penjajahan Jepang (1942-1945) Pada masa itu, Litang (tempat ibadah umat Khonghucu) banyak menampung pengungsi tanpa memandang Ras. Hal ini sesuai dengan prinsip “Di Empat Penjuru Samudera Semua Umat Bersaudara” (四海之內,皆兄弟也 Si Hai Zhi Nei, Jie Xiong Di Ye). Lun Yu 12:5.
Masa Kemerdekaan – Pada awal-awal kemerdekaan NKRI, kegiatan Khong Kauw Hwee lebih banyak bersifat lokal. Pada bulan Desember 1954 di Solo diselenggarakan konferensi tokoh-tokoh agama Khonghucu untuk persiapan membangun kembali Khong Kauw Tjong Hwee,
Pada tgl 16 April 1955 dibentuk PKCHI (Perserikatan Khong Chiao Hwee Indonesia / Perserikatan Kong Jiao Hui Indonesia) sebagai penjelmaan kembali Khong Kauw Tjong Hwee dengan kedudukan pusat di Solo dengan Ketua umum: Dr. Kwik Tjie Tiok. Sekretaris: Oei Kok Dhan.
Konggres agama Konghucu
Konggres pertama diselenggarakan 6-7 Juli 1956 di Solo. Dalam Konggres ini disempurnakan AD dan ART PKCHI. Kedudukan pusat tetap di Solo dengan ketua Dr. Kwik Tjie Tiok dan Sekretaris Tjan Bian Lie.
Konggres kedua diselenggarakan di Bandung, tgl 6-9 Juli 1957. Kedudukan pusat tetap dipilih kota Solo dengan ketua Dr. Kwik Tjie Tiok dan Tjan Bian Lie sebagai sekretaris.
Konggres ketiga diselenggarakan di Boen Bio Surabaya tgl 5-7 Juli 1959 dengan ketua umum Tan Hok Liang dan sekretaris Tan Liong Kie untuk periode 1959-1961 dengan kedudukan pusat di Bogor Di dalam konggres ke empat di Solo 14-16 Juli 1961 diputuskan:
  1. Pro Kontra Agama Konghucu
Pihak yang pro agar Konghucu diakui sebagai agama, menuduh bahwa para penentangnya mempunyai motif tertentu, seputar pengikut (umat) dan materi semata-mata. Semakin banyak pengikut, maka akan semakin banyak pula dana yang dapat dihimpun. Mereka melihatnya dari kenyataan di lapangan, di mana banyak tokoh- tokoh agama tertentu yang agresif dalam "menyelamatkan" umat manusia; khususnya orang Tionghoa, dari "kuasa kegelapan". Untuk mudahnya sebut saja agama XY, agama X dari sekte Y.
  1. Kelompok Kontra Konghucu
Suatu ajaran filsof, bukan agama. Pertentangan dengan ajaran monotheisme dengan polytheisme. Perdebatan ini tidak kunjung selesai, jika ini hanya ajaran filsof berarti agama Buddha buka suatu agama juga dalam argument ini.
  1. Kelompok Netral
Menganggap bahwa semua ajaran agama itu sama, sama-sama mengajarkan kebaikan. Yang berbeda hanya ritual dan tata pelaksanaannya. Konsep ketuhanan yanga diklaim oleh ajaran monotheisme masih dalam perdebatan yang tidak berakhir.

Dasar hukum pengakuan agama Konghucu
Bisa di bilang agama ini sudah di akui oleh pemerintah tetapi yang saya dengar, menteri agama masih belum mensahkan adanya gama konghucu, agama ini sangat merdeka saat Alm. Gusdur menjabat sebagai Presiden. Kenapa beliau sangat ingin memerdekakan agama konghucu? Agar umat Islam bisa menjadi orang yang menghargai antar agama. Tetapi dalam undang-undang no. 5 tahun 1969.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar